Apakah
kematian itu? Definisi mati menurut ilmu kedoktoran senantiasa berubah-ubah
dari waktu ke waktu. Dahulu kala ketika ilmu kedoktoran masih belum maju,
seseorang itu baru dikatakan mati jika telah berhenti bernafas dan paru-parunya
tidak bergerak lagi. Beberapa penemuan terkini ternyata mendapati seseorang
yang sudah tidak bernafas beberapa lama terjatuh ke dalam air batu yang
dingin, ternyata masih hidup karena jantungnya masih dapat berdetak
lemah. Definisi mati pun berubah. Seseorang baru dikatakan mati jika jantungnya
berhenti berdetak.
Seiring
dengan kemajuan ilmu kedoktoran, ternyata didapati orang yang masih hidup
meskipun jantungnya sudah berhenti berdetak, karena ternyata saraf otaknya
masih berdenyut. Padahal sudah dipastikan detak jantung dan gerak
paru-parunya sudah berhenti. Serta merta berubah pula definisi mati dalam Ilmu
Kedoktoran, di mana seseorang baru dapat dikatakan mati jika saraf otaknya
telah berhenti berdenyut. Di masa yang akan datang, seiring dengan semakin
majunya Ilmu Kedoktoran, bisa saja definisi mati menurut sudut pandang ilmu itu
akan berubah lagi.
Sebaliknya,
menurut sudut pandang agama, definisi mati tidak pernah berubah. Seseorang
dikatakan mati jika nyawa orang itu dicabut atau diperintahkan
mati oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Definisi ini tidak pernah
berubah sejak zaman manusia pertama, sampai ke zaman manusia terakhir.
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala dalam surat Ali Imran ayat 185:
Artinya: “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati……”
Dan
Firman Allah surat Al-Waqi’ah ayat 60:
“Kami
telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan
dapat dikalahkan,”
Ayat-ayat
di atas menjelaskan kepada kita bahwa matinya seseorang itu karena telah
menemui ajalnya dan dicabutnya nyawa orang tersebut. Maka matilah orang itu….!
Sebab-Sebab
Kematian
Proses
kematian mempunyai banyak sebab. Seseorang bisa menemui ajalnya sebab sakit,
sebab mengalami kecelakaan, sebab jatuh, sebab terbakar, sebab tenggelam, sebab
dibunuh, dan lain sebagainya. Semua itu hanyalah sebab seseorang menemui
kematiannya. Namun kesemua sebab kematian itu adalah sebab yang semu saja,
karena di dunia ini adalah negeri sebab, sebagaimana yang telah disabdakan oleh
Nabi Muhammad Saw: “Segala sesuatu mempunyai sebab”. Artinya
tidak ada sesuatu di dunia ini yang terjadi tanpa sebab. Semua yang terjadi
mesti mempunyai sebab belaka
Dalam
Islam yang menjadi sebab kematian yang pasti dan benar, tidak
semu, adalah jika seseorang telah menghabiskan seluruh rezeki yang telah
ditetapkan oleh Allah kepada orang itu.
Sering
orang simpang siur jika ditanyakan kenapa seseorang masih hidup. Ada yang
mengatakan bahwa seseorang itu masih hidup karena masih sehat. Padahal berapa
banyak orang yang sehat wal afiat yang mengalami kematian mendadak. Ada lagi
yang mengatakan seseorang itu masih hidup karena masih berusia muda. Padahal
kenyataannya, berapa banyak orang yang baru saja dilahirkan beberapa detik
kemudian mati menemui ajalnya. Adalagi yang mengatakan orang belum mati karena
orang itu kaya dan bisa berobat kemana saja bila mengalami sakit, padahal
berapa banyak doktor pakar penyakit yang kaya raya pun mengalami kematian juga.
Kesemua ini adalah menunjukkan berapa banyak kesalahan cara pandang manusia
tentang mati itu.
Kematian
tidak ada hubungannya dengan sehat, kaya, tua, ataupun muda. Di dalam
Pri-Bahasa Melayu dikatakan: "Putik gugur bunga pun gugur",
artinya: mati itu boleh terjadi tanpa memandang usia atau pun keadaan
seseorang. Kematian tidak pandang bulu....! Yang jelas seseorang itu akan mati
jika, pertama; telah menemui ajalnya, dan yang kedua;
habisnya rezeki yang disediakan Allah untuknya.
Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
“Sesungguhnya
Ruhul Quddus (malaikat Jibril) menghembuskan ke dalam jiwaku bahwa seseorang
tidak akan pernah mati sehingga rezekinya dan ajalnya dipenuhi.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah dan indahkanlah saat meminta sesuatu
kepada-Nya. Ambillah apa yang halal dan tinggalkanlah apa-apa yang haram”. (HR.
Abu Nu’aim, dalam kitab Al Hilyah Jilid I Halaman 2238, dan
Imam Suyuti dalam kitab Al Jami’ul Kabir, Jilid I halaman 2239).
Dan lihat juga tafsir Qurthubi jilid 16 halaman 48 pada surat Asy Syura ayat
51.
Dari
keterangan hadis di atas jelaslah bagi kita bahwa seseorang itu baru akan mati
jika rezeki yang disediakan Allah untuknya habis. Jika seluruh rezeki yang
sudah ditetapkan untuk seseorang sudah habis dinikmati orang itu, maka detik
itu juga nyawanya akan dicabut dan dia pun mati, bersua dengan ajalnya. Sedikit
pun seseorang tidak berhak dan tidak akan dapat mengambil rezeki yang sudah
ditetapkan Allah untuk orang lain.
Jangan
salah sangka dengan prilaku para koruptor yang dapat mengambil jutaan ringgit wang
orang lain atau wang rakyat. Mereka itu hanya dapat mengambil harta milik orang
lain dan memindahkan harta orang itu menjadi miliknya. Tapi harta itu
sebenarnya bukanlah rezeki si pelaku korupsi dan bukan pula rezeki orang lain
yang dicurinya itu. Semua itu hanya harta benda yang dimiliki sementara saja
tapi bukan sebagai rezeki yang ditetapkan Allah untuk mereka. Islam mengajarkan
bahwa harta yang dimiliki oleh seseorang belum tentu merupakan rezeki untuk
orang tersebut.
Rezeki
adalah sesuatu pemberian Allah yang mesti diambil dan dinikmati oleh si pemilik
rezeki. Namun rezeki yang dinikmati itu tidaklah mesti milik seseorang
itu sendiri. Rezeki seseorang boleh jadi milik orang lain. Contohnya :
Ada seseorang yang tidak memiliki kereta, tapi dia dapat pergi naik kereta
kesana kemari dengan mudah. Hal ini boleh dilihat pada diri seorang pemandu.
Tegasnya, harta milik kita belum tentu rezeki kita. Begitu juga sebaliknya,
rezeki yang kita nikmati belum tentu berasal dari harta milik kita. Betapa
seringnya kita menjumpai makanan yang disediakan orang lain dengan susah payah
dari hartanya sendiri, dimasak dan diolahnya sedemikan rupa, dihidangkan di
atas meja makan yang indah dan bersih, kemudian kita tiba-tiba dipanggil untuk
menikmati makanan itu tanpa membayar sesen pun……?
Firman
Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 37 :
Artinya :
“……….. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa perhitungan banyaknya”
Jika
sesuatu sudah ditetapkan Allah sebagai rezeki seseorang, maka akan ada banyak
cara dibuatkan Allah agar orang itu dapat menikmati rezekinya itu. Kalau memang
sudah rezeki , maka jika bukan kita yang mendatangi rezeki kita, maka
rezeki kita itulah yang akan mendatangi kita. Jika ada buah apel
yang merupakan rezeki kita di Washington DC sana, maka paling tidak ada dua
cara untuk kita mendapatkan rezeki itu. Pertama, mungkin kita yang pergi ke
sana dan memakan apel itu di sana, atau kedua, apel itu yang datang ke tempat
kita dan menemui kita untuk kita makan. Tidak peduli apakah dengan usaha dan
memakai harta kita sendiri atau tidak.
Ada
kesalah fahaman di tengah kaum muslimin sekarang ini, dimana banyak di
antaranya mengatakan jika seseorang tidak bekerja mencari rezeki pastilah orang
tersebut tidak akan memperoleh rezekinya. Padahal berapa banyak orang yang
tidak bekerja di penjara-penjara dan rumah-rumah tahanan, mereka ini setiap
hari mendapat rezeki juga? Dan berapa banyak pula orang yang terbaring tidak
berdaya di hospital yang tetap mendapatkan rezeki dari Allah berupa makanan dan
minuman, bahkan rezeki itu ada masanya perlu disuntikkan dan melalui lobang
hidung mereka, karena mereka tidak kuasa lagi untuk menelan makanan dan minuman
itu.
Dengan
demikian, sebagai orang beriman tidak selayaknya seseorang itu merengek dan
panik dalam urusan rezeki. Selama umur masih melekat dalam badan, itu artinya
rezeki yang disediakan Allah untuk kita belum habis. Tinggal kita berusaha
untuk mencari dan memperoleh rezeki tersebut dengan cara yang halal agar
menjadi nilai ibadah di sisi Allah. Dan, bukan sebaliknya, malah memburu rezeki
melalui sebab-sebab dan cara yang haram yang hanya akan menjadi dosa saja bagi
kita.
Rasul
bersabda: “Orang yang bersusah payah dalam mencari rezeki yang halal adalah
orang yang mulia /keramat di sisi Allah.”
Semoga
kita adalah salah satu dari orang keramat itu…. Amin……
Wallahu
A’lam Bishshowab
No comments:
Post a Comment