Di antara gejala setia terhadap Kafirin
Alhamdulillah, bertemu lagi dalam perbincangan “ Mengaku
Muslim Tapi Taat Kepada Kafirin”, sebagaiman yang telah disebutkan sebelum ini,
iaitu bentuk-bentuk kesetiaan atau loyality atau bahasa Islamnya wala' terhadap
kafirin sungguh telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, pada
perbincangan siri 1 telah dihuraikan 5 gejala dan pada siri 2 dan terakhir ini akan
dihuraikan 5 lagi dari 10 gejala berkaitan sebagai berikut:-
1. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
menggunakan kalender kafirin, khususnya yang mencatat hari-hari suci dan
hari-hari besar mereka, seperti kalender Masehi yang menyebutkan peringatan
hari Kelahiran Al-Masih ‘alaihissalam yang hari raya itu adalah bid'ah yang
mereka ada-adakan, dan bukanlah dari ajaran Al-Masih (Nabi ‘Isa) ‘alaihissalam.
Karena itu menggunakan kalender ini berarti ikut berpartisipasi dalam
menghidupkan syi’ar dan hari raya mereka. Hendaknya kita menghindari masalah
ini, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum pun berpaling dari kalender
orang-orang kafir dan mereka membuat kalender sendiri yang dimulai dengan
peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa khalifah Umar
radhiyallahu ‘anhu. Hal tersebut menunjukkan wajibnya menyelisihi kaum kuffar
dalam masalah ini dan ciri-ciri khas mereka. Semoga Allah Ta’ala menolong kita.
2. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah ikut
serta di hari-hari besar kafirin, membantu penyelenggaraan upacara mereka,
mengucapi selamat pada hari itu, mendatangi undangan upacara mereka pada hari
itu. Firman Allah:
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu." (QS. Al-Furqon [25] : 72); telah ditafsirkan bahwa dari sifat
hamba-hamba adalah sesungguhnya mereka tidak mendatangi hari-hari besar orang
kafir.
3. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
memuji, terpesona, kagum terhadap kafirin.
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa
yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thoha [20] : 131)
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh
mengambil tahu tentang sebab-sebab kekuatan mereka, seperti: kemajuan
teknologi, teknik ketenteraan dan keberhasilan ekonomi mereka, akan tetapi yang
demikian itu adalah dituntut.
Allah Ta’ala berfirman:
"Bersiaplah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa
yang kamu sanggupi."(QS. Al-Anfaal [8] : 7)
Pada dasarnya beberapa hal yang bermanfaat dan
rahasia-rahasia alam semesta yang ada adalah untuk kaum muslimin. Allah Ta’ala
berfirman:
"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan juga rezeki yang
baik?'. Katakanlah, 'Semua itu disediakan bagi orang-orang yang beriman di
dunia dan khusus untuk mereka saja di hari kiamat'." (QS. Al-A’raf [7] :
32)
Firman Allah Ta’ala:
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir." (QS. Al-Jatsiyah [45] : 13)
Allah Ta’ala berfirman:
"Dialah yang telah menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu." (QS. Al-Baqoroh [2] : 29)
Oleh karena itu kaum muslimin wajib sentiasa berlomba dalam
usaha memperoleh beberapa teknologi dan potensi yang ada, jangan sampai
dikuasai orang kafir, agar muslimin tidak bergantung kepada orang kafir dalam
memperoleh teknologi tersebut. Bahkan dianjurkan agar Muslimin memiliki
industri-industri dan menciptakan kelengkapan-kelengkapan yang diperlukan.
4. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
memberi nama dengan nama-nama orang kafir.
Ramai di antara kaum muslimin yang memberi nama kepada
anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan dengan nama-nama asing dan
meninggalkan nama bapaknya, ibunya, datuknya, neneknya dan nama-nama yang
dikenal di masyarakatnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baiknya nama adalah Abdullah,
Abdur Rahman, dan Al-Harits". (HR Ahmad, shahih menurut Syaikh Syu’aib
Al-Anauth)
Perubahan nama-nama tersebut adalah akibat hilangnya
kesatuan dengan generasi sebelumnya, juga menghapus identiti nama keluarga
tertentu yang biasa dikenal dengan nama-nama khas mereka.
5. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
berdoa memintakan ampun dan rahmat bagi kafirin. Allah telah mengharamkan hal
yang demikian ini dalam firman-Nya:
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang
beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam." (QS.
At-Taubah [9] : 113)
Karena dalam permasalahan ini mengandung adanya suatu rasa
kecintaan terhadap mereka dan membenarkan sesuatu yang ada pada mereka.
Demikianlah penjelasan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan,
ulama terkemuka sekarang ini, abad ini, dalam bab Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar
—gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir— dalam buku:
Al-Irsyadu isla shahiihil I’tiqaad warraddi ‘alaa ahlis
syirki wal ilhaad.
Perlu sangat diperhatikan, terutama dua gejala ini, yaitu
gejala keempat dan kelima:
1. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
membantu kafirin untuk mengalahkan Muslimin, memuji-muji dan membela mereka.
Ini merupakan sebahagian dari rusaknya aqidah, dan penyebab kemurtadan.
2. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
meminta bantuan kepada kaum kafir, mempercayakan urusan kepada mereka,
memberikan kekuasaan kepada mereka agar memegang jawatan yang di dalamnya ada
banyak perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka
sebagai kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Dua gejala itu disamping mengancam hancur leburnya keimanan
pelakunya, masih pula sangat merugikan kaum muslimin pada umumnya. Maka wajib
dihindari sama sekali. Seandainya perkara ini telah melanda dalam masayarakat, maka mari
kita benteras sekuat-kuatnya secara tolong menolong dalam kebaikan untuk
membenteras kemunkaran. Apalagi masalah ini sangat membahayakan Ummat Islam
secara keseluruhan.
Semoga Allah subahanahu wa ta’ala berkenan memberi hidayah
kepada kita semua sehingga kita mampu memahamainya dengan baik dan
menghindarinya sejauh-jauhnya, karena gejala-gejala itu sangat membahayakan
keimanan kita, dimana gejala in telah berlaku di mana-mana. Hanya Allah lah
tempat kita berlindung dari segala bahaya terutama bahaya mencintai kekafiran
yang seolah menggoda manusia setiap saat dan bahkan dihiasi dengan kata-kata
indah nan menawan sehingga banyak menjerumuskan orang. Na’udzubillahi min
dzalik. Kami berlindung dari hal yang demikian.