Masih Makan-Minum Ketika Imsak, Bolehkah?
Syaikh ‘Abdul Aziz bin
‘Abdillah bin Baz –pernah berkhidmat sebagai ketua Al Lajnah Ad Da-imah (Ahli Jawatankuasa
fatwa di Saudi Arabia)- pernah ditanya, “Beberapa organisasi dan yayasan
membagi-bagikan Jadual Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadual
ini khusus berisi waktu-waktu shalat. Namun dalam jadual tersebut ditetapkan
bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah 15 minit
sebelum adzan shubuh. Apakah seperti ini memiliki dasar dalam ajaran Islam? “
Syaikh rahimahullah menjawab:
Saya tidak mengetahui
adanya dalil tentang penetapan waktu imsak 15 menit sebelum adzan shubuh.
Bahkan yang sesuai dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah, imsak (yaitu menahan
diri dari makan dan minum, -pen) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya waktu shubuh).
Dasarnya firman Allah Ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى
يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ
الْفَجْرِ
“Dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar.” (QS. Al Baqarah: 187)
Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الفَجْرُ فَجْرَانِ ، فَجْرٌ
يُحْرَمُ الطَّعَامُ وَتَحِلُّ فِيْهِ الصَّلاَةُ ، وَفَجْرٌ تُحْرَمُ فِيْهِ
الصَّلاَةُ (أَيْ صَلاَةُ الصُّبْحِ) وَيَحِلُّ فِيْهِ الطَّعَامُ
“Fajar ada dua
macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan dan dihalalkan untuk shalat
(yaitu fajar shodiq, fajar masuknya waktu shubuh, -pen) dan [Kedua] fajar yang
diharamkan untuk shalat shubuh dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib,
fajar yang muncul sebelum fajar shodiq, -pen).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro no. 8024
dalam “Puasa”, Bab “Waktu yang diharamkan untuk makan bagi orang yang berpuasa”
dan Ad Daruquthni dalam “Puasa”, Bab “Waktu makan sahur” no. 2154. Ibnu
Khuzaimah dan Al Hakim mengeluarkan hadits ini dan keduanya menshahihkannya
sebagaimana terdapat dalam Bulughul Marom)
Dasarnya lagi adalah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ
فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
“Bilal biasa
mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan minumlah sampai kalian mendengar
adzan Ibnu Ummi Maktum.”
(HR. Bukhari no. 623 dalam Adzan, Bab “Adzan sebelum shubuh” dan Muslim no.
1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa mulainya berpuasa adalah mulai dari
terbitnya fajar”).
Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa
Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah mengumandangkan
adzan sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh telah tiba, waktu shubuh telah
tiba.”
Hanya Allah
lah yang memberi taufik.
Disadur dari Majmu’ Fatawa
Ibnu Baz, 15/281-282, Mawqi’ Al
Ifta’, Asy Syamilah
Penerjemah: Muhammad Abduh Tuasikal
(rumaysho.com)
Penerjemah: Muhammad Abduh Tuasikal
(rumaysho.com)