Sunday, June 8, 2014

AMAL JELEK, BEBAN TANGGUNGAN MANUSIA DI DUNIA DAN AKHERAT



Oleh
Ustadz Abu Minhal

Marilah kita sekali lagi mengingat-ingat kewajiban kita di dunia ini untuk beramal shaleh dan menjauhi segala larangan Allâh Azza wa Jalla. Itulah wujud ketakwaan seorang hamba yang nantinya akan mengantarkan dirinya kepada keselamatan biidznillah. Mengapa perlu ditekankan persoalan ini? Sebab, belakangan ini banyak peristiwa yang menyita perhatian umat –padahal tidak penting bagi dunia maupun agama mereka- sehingga membuat mereka lalai dari kewajiban ini.

Atas dasar itu, marilah kita merenungi firman Allâh Azza wa Jalla berikut ini:

مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَا‌ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ (٤٦) 

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) [Fushshilat/41:46]

Allâh Azza wa Jalla mengabarkan bahwa amal shaleh yang dikerjakan oleh seorang manusia yaitu keimanan dan ketaatannya kepada Allâh Azza wa Jalla , pada hakekatnya orang yang melakukannyalah yang memperoleh manfaat positifnya secara langsung, bukan orang lain. Selain mendapatkan pahala dan meningkatkan keimanan, amal shaleh itu juga kian mendekatkan dirinya kepada Rabbnya, jalan menguatkan penghambaan dirinya kepada-Nya dan menjadi perbekalan terbaik di akherat kelak saat kekayaan dan keturunan tidak berguna sama sekali untuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allâh Azza wa Jalla yang sangat pedih. Dengan itu, ia akan memperoleh balasan berupa surga dan selamat dari neraka.

Imam Ulama tafsir, Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan bahwa maksudnya adalah orang yang menjalankan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla di dunia dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, maka sebenarnya ia sedang berbuat baik bagi dirinya sendiri. Sebab dialah yang mendapatkan balasan, sehingga di akherat nanti berhak mendapatkan surga dari Allâh Azza wa Jalla dan selamat dari neraka [1]

Hal ini juga telah difirmankan Allâh Azza wa Jalla dalam ayat-ayat lain. Di antaranya:

وَمَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِأَنفُسِہِمۡ يَمۡهَدُونَ (٤٤)

Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan) [ar-Rûm/30:44]

ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦ‌ۖ

Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri [an-Naml/27:40]

Amal shaleh yang tertera dalam ayat, disyaratkan harus sejalan dengan ketentuan dan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak setiap amalan merupakan amal shaleh. Demikian pula amal-amal yang dianggap baik oleh sebagian orang (kelompok, golongan) dan kemudian dikait-kaitkan dengan ajaran Islam, padahal tidak ada panduan khusus sama sekali dalam Islam, ini pun bukan amal shaleh. Akan tetapi merupakan perkara baru dalam agama yang lazim disebut dengan bid'ah. Tentang ini, Syaikh as-Sa'di rahimahullah menekankan, "(Yang dimaksud amal shaleh) yaitu amal yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya".[2]

Ketepatan amal dengan perintah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya tidak bisa ditawar-tawar. Sebab, hal itu berpengaruh kuat dalam diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang. Amal ibadah yang diterima mesti memenuhi dua syarat: ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dan mengikuti panduan dan petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Jika amal shaleh akan berguna bagi pelakunya, sebaliknya amal perbuatan jelek pun pelakunya lah yang pertama dan utama menanggung beban tindakan buruknya itu. Allâh Azza wa Jalla berfirman: 

وَمَن يَكۡسِبۡ إِثۡمً۬ا فَإِنَّمَا يَكۡسِبُهُ ۥ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ‌ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمً۬ا (١١١)
Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [an-Nisâ /4:111]

Pada ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman: 

مَن كَفَرَ فَعَلَيۡهِ كُفۡرُهُ ۥ‌ۖ

Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu [ar-Rûm/30:44]

Balasan buruk tidak hanya dirasakan di akherat kelak, tempat yang Allah jadikan sebagai tempat membalas seluruh amalan para hamba, namun juga menimpa pelakunya di dunia. Ini menyangkut seluruh perbuatan dosa, baik dosa besar maupun kecil. Barang siapa berbuat keburukan (dosa), maka dirinyalah yang memikul hukuman dari kesalahan dan dosanya di dunia dan akherat , bukan tanggungan orang lain.

Allâh Azza wa Jalla tidak merugi bila seluruh manusia tidak taat kepada-Nya. Begitu pula, sebaliknya, keimanan, ketaatan dan ibadah seluruh umat manusia tidak memberi manfaat sedikit pun bagi Allah Yang Maha Kaya. Allâh Azza wa Jalla berfirman : 

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ۬ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ‌ۚ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَـٰبِكُمۡ‌ۚ وَمَن يَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيۡـًٔ۬ا‌ۗ وَسَيَجۡزِى ٱللَّهُ ٱلشَّـٰڪِرِينَ (١٤٤)
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur [Ali 'Imraan/3:144]
Pada hadits qudsi, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

Wahai hamba-Ku kamu tidak akan sanggup membahayakan-Ku dan tidak sanggup memberi manfaat kepada-Ku [HR. Muslim]

Jelas sudah, kekuasaan dan keagungan Allâh Azza wa Jalla tidak mengalami penyusutan akibat ketidakpatuhan, kekufuran maupun perbuatan maksiat manusia kepada Allâh Azza wa Jalla . Akan tetapi, Allâh Azza wa Jalla mencintai hamba-hamba-Nya yang taat dan bertakwa kepada-Nya dan benci bila mereka berbuat maksiat dan kekufuran.[3] 

إِن تَكۡفُرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنكُمۡ‌ۖ وَلَا يَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَ‌ۖ وَإِن تَشۡكُرُواْ يَرۡضَهُ لَكُمۡ‌ۗ 
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu [az-Zumar/39:7]

Dari sini bisa diketahui kesalahan orang-orang yang enggan beribadah dan taat kepada Allah dengan berbagai dalih dan alasan. Ketika rezeki tetap seret, lowongan pekerjaan tak juga kunjung datang, warung masih saja sepi pembeli, usaha tidak maju-maju, akhirnya shalat lima waktu ditinggalkan. Ia berdalih, shalat nggak shalat sama saja, rezeki tetap saja seret. Naûdzubillâh min dzâlik!

Allâh Ta'ala Yang Maha Adil, menafikan sifat kezhaliman dari dzat-Nya baik dalam skala kecil dan besar. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

Dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya)
Sifat kezhaliman, siapapun yang melakukannya adalah tercela. Karena merupakan tindakan yang tidak pada tempatnya dan mengandung unsur melampaui batas dan penganiayaan terhadap pihak lain. Atas dasar itulah, Allâh Azza wa Jalla tidak menyiksa seseorang kecuali dengan dosa (yang telah ia perbuat) di dunia ini atau karena ada faktor yang menyebabkan seseorang pantas menerima siksaan-Nya, tidak membebaninya dengan kesalahan dan dosa orang lain. Dan Allâh Azza wa Jalla tidak menyiksa seseorang pun kecuali telah ditegakkan hujjah di hadapannya dan diutus para rasul kepadanya.[4]

Maha Suci Allâh Azza wa Jalla , Rabb yang Maha Agung yang berhak diibadahi, diagungkan dan dibesarkan. Sebab, kalau berkehendak, maka Allâh Azza wa Jalla bisa saja berbuat zhalim yang tidak akan ada seorang pun yang dapat menanghalanginya. Namun, Allâh Azza wa Jalla menyatakan dzat-Nya bersih dari sifat yang sangat tidak terpuji ini. Maka kewajiban seorang Muslim mensucikan dzat-Nya dari sifat kezhaliman dan meyakini bahwa Allâh adalah Dzat Yang Maha Bijak lagi Maha Adil dalam perkara yang Dia perintahkan dan larang [5]. Dan sekaligus selalu berusaha menghindari perbuatan kezhaliman.

PELAJARAN DARI AYAT
1. Perintah untuk berbuat baik
2. Amal shaleh bermanfaat bagi para pelakunya
3. Perbuatan buruk menjadi tanggungan pelakunya
4. Keharusan menahan diri dan meninggalkan buruk (maksiat)
5. Seseorang tidak menanggung dosa orang lain
6. Allâh Maha Suci dari sifat kezhaliman

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Tafsir ath-Thabari 24/159
[2]. At-Taisîr hlm. 822
[3]. Qawâid wa Fawâid minal Arba'în an-Nawawiyyah hlm. 218
[4]. Silahkan lihat Tafsir ath-Thabari 24/159, Tafsir Ibnu Katsir 7/185, Tafsîr Sa'di hlm. 822
[5]. Qawâid wa Fawâid minal Arba'în an-Nawawiyyah hlm. 215

Monday, April 14, 2014

TIDAK MASUK SYURGA



Tiada Tempat Untuk Mereka Yang Sombong Disyurga

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Maksudnya: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk syurga orang yang di hatinya ada sebesar zarah perasaan sombong”.

Berkata seorang lelaki: ‘Sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya cantik dan kasutnya cantik. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan sukakan keindahan. Sombong ialah menolak kebenaran dan memandang rendah kepada manusia”.

Huraian:

Di dalam hadith ini kita dapati Islam amat menentang sifat sombong, takbur dan apa sahaja yang melambangkan keangkuhan. Tiada manusia berakal yang akan menafikan betapa buruknya sifat ini apabila ia mula menjadi tabiat dalam diri seseorang. Oleh itu Islam datang membawa penegasan tentang keburukan dan kemudharatan sifat ini, bukan sahaja di dunia ini, malah kesannya akan turut berkekalan hingga ke akhirat.

TIDAK MASUK SYURGA

Terdapat perbincangan dalam kalangan ulama tentang maksud sebenar sabda Rasulullah SAW – ‘Tidak akan masuk syurga’ dalam hadith ini. Malah kata-kata ini juga kita dapat dalam hadith-hadith yang lain. Apakah ia membawa maksud tidak akan masuk syurga selamanya? Atau ia membawa maksud lain?

Apa yang pasti, sekiranya seorang manusia itu sombong dalam keadaan dirinya kufur dan menolak Islam, maka sudah pasti ia membawa maksud dia akan kekal di dalam neraka bersama kekufurannya dan kesombongannya.

Namun sekiranya seseorang manusia itu beriman, maka hadith-hadith sebegini membawa maksud - seseorang yang beriman, jika dia melakukan perkara sebegini, maka dia tidak akan masuk syurga ketika ahli syurga yang awal mula memasukinya. Dia akan disiksa terlebih dahulu berdasarkan dosanya dan pada akhirnya akan dimasukkan juga ke syurga berdasarkan keimanannya. Maka hadith ini bukanlah bermakna orang yang beriman tetapi mempunyai sifat sombong tidak akan masuk syurga selama-lamanya.


MEMAKAI PAKAIAN YANG INDAH BUKAN SOMBONG

Ingin kelihatan indah dan elok dipandang bukanlah semestinya menjadi bukti bahawa manusia itu sombong atau angkuh. Malah keindahan, kekemasan dan kecantikan adalah sebahagian daripada ajaran Islam. Lihatlah betapa Rasulullah SAW memberikan gambaran tentang keindahan ini dengan sabdanya ’Sesungguhnya Allah itu indah dan sukakan keindahan’. Ini bermakna Rasulullah SAW telah memberikan satu penegasan bahawasanya keindahan itu adalah tuntutan agama malah disukai Allah SWT. Lalu Rasulullah SAW kemudiannya memberikan penjelasan dan maksud tepat terhadap perkataan ’sombong’ iaitu ’menolak kebenaran dan memandang rendah kepada manusia’.


MENOLAK KEBENARAN

Kebenaran bukanlah milik sesiapa. Ia adalah milik semua manusia dan sesiapa yang mengikuti kebenaran adalah orang-orang yang berjaya. Namun begitu wujud segelintir manusia yang mempunyai sifat negatif dan kepentingan tertentu yang menjadikan mereka sanggup menolak kebenaran. Terkadang kebenaran yang dibawa kepadanya adalah terlalu pahit dan tidak sesuai dengan keinginan jiwanya, maka kebenaran itu ditolak dengan pelbagai alasan. Kenapa perlu menjadi musuh kepada kebenaran? Orang sebegini tidak lain dan tidak bukan telah dijangkiti penyakit sombong dan angkuh seperti yang disebut oleh hadith ini. Apa yang menyedihkan, penolak kebenaran akan menjadi golongan yang rugi dunia dan akhirat. Di dunia mereka akan dibenci, di akhirat pula mereka akan diseksa di atas keangkuhan mereka menolak kesucian kebenaran dengan kotoran kesombongan.


MEMANDANG RENDAH KEPADA MANUSIA

Siapakah anda dan saya sehingga kita begitu angkuh lalu memandang rendah kepada manusia lain? Inilah keburukan sikap sombong yang menjadikan manusia lupa asal-usulnya. Walaupun manusia berbeza dari pelbagai segi, namun Islam melarang kita memandang rendah kepada manusia lain tanpa sebab yang munasabah. Orang yang sombong akan merasakan dirinya lebih tinggi dari orang lain. Setiap pendapat, pandangan dan cadangan orang lain semuanya dilihat lebih ’rendah’ dan tidak perlu diberikan perhatian. Mereka akan sentiasa mencari jalan keluar untuk menolak pandangan orang lain, walaupun merugikan mereka di dunia dan akhirat!

Marilah kita menilai kembali diri kita, adakah kita telah dijangkiti penyakit sebegini buruk – sombong dan angkuh, menolak kebenaran dan memandang rendah kepada orang lain? Semoga diri kita sentiasa mengikuti kebenaran – walaupun pahit – dan sentiasa merendahkan diri serta menghormati orang lain.


oleh : Ustaz Adlan (alitantawi)

Thursday, April 10, 2014

Membaca Surah Al-Mulk Sebelum Tidur



Bacalah dan hafallah Surah Al-Mulk atau surah Tabarakallazi sebelum tidur setiap malam kerana ia adalah penyelamat daripada azab kubur. Ianya cuma 30 ayat sahaja dan tidak mengambil masa yang lama.
Daripada Ibn Abbas r.a katanya: Sebahagian sahabat Rasulullah s.a.w memasang khemahnya di atas sebuah kubur tanpa menyedari tempat itu adalah kubur. Tiba-tiba didapati ia adalah kubur seorang manusia yang sedang membaca surah al-Mulk sehingga habis. Lalu sahabat itu datang kepada Rasulullah s.a.w seraya berkata: Wahai Rasulullah, saya telah memasang khemah di atas sebuah kubur, tanpa menyedari ia adalah kubur. Tibatiba (terdengar suara) seorang yang sedang membaca surah al-Mulk iaitu: Tabarak sehingga dikhatamkannya. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Ia (surah tabarak) adalah penghalang, ia adalah penyelamat yang menyelamatkannya daripada azab kubur. (Riwayat al-Tirmidzi). 
Al-Tabarani meriwayatkan sebuah hadith bersumber daripada Ibn Abbas, katanya:Rasulullah s.a.w bersabda: Aku suka jika ia berada dalam hati setiap orang dari kalangan umatku, yakni surah tabarakallazi biyadihi al-mulk.
(Riwayat al-Tabarani). 
Daripada Ibn Abbas, beliau berkata kepada seorang lelaki: Mahukah aku hadiahkan kamu dengan sebuah hadith yang akan menggembirakan kamu? Lelaki itu menjawab: Bahkan. Katanya: Bacalah surah Tabarakallazi biyadihi al-mulk, dan ajarkanlah kepada keluargamu serta semua anak pinakmu, kanak-kanak di dalam rumahmu, serta jiran tetanggamu. Kerana surah ini adalah penyelamat dan juru bicara yang akan berhujah bagi pihak pembacanya pada hari kiamat di sisi Tuhannya. Ia (surah ini) akan meminta kepada Allah supaya menyelamatkan pembacanya daripada azab neraka, dan menyelamatkannya daripada azab kubur. Rasulullah s.a.w bersabda: Aku suka surah ini berada dalam hati setiap orang dari kalangan umatku.
Allah cipta kita untuk diuji dan kita akan dibalas samada syurga atau neraka…
Mulk[2] Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat);
Allah Mencipta dan Menghiasi Langit Dengan Bintang-Bintang
AL-Mulk [3] Dialah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau ragu-ragu) maka ulangilah pandanganmu dapatkah engkau melihat sebarang kecacatan?
Dan demi sesungguhnya! Kami telah menghiasi langit yang dekat (pada penglihatan penduduk bumi) dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu punca rejaman terhadap Syaitan-syaitan; (Mulk:5)
Allah Saja Boleh Menahan Langit dan Bumi 
Kita hidup di bawah jagaan Allah, samada ketika berada di atas (langit) atau pun di bawah (bumi). Kita juga perlu kepada Allah samada kita berada di darat atau di laut. Bersyukurlah dan takutlah kepada Allah swt, kalau Dia mahu Dia boleh meruntuhkan bumbung rumah ketika kita sedang tidur nyenyak pada waktu malam. Patutkah manusia melakukan maksiat dan tidak merasa takut kepada Allah swt, sedangkan Allah swt berkuasa menyuruh bumi menelan atau menghantar angin untuk membinasakan manusia sepertimana umat terdahulu.
Al-Mulk [16] : Patutkah kamu merasa aman (tidak takut) kepada Tuhan yang pusat pemerintahanNya di langit itu: Menunggang-balikkan bumi menimbus kamu, lalu bergegarlah bumi itu dengan serta-merta (melenyapkan kamu di bawahnya)?
Al-Mulk [17] : Atau patutkah kamu merasa aman (tidak takut) kepada Allah yang pusat pemerintahanNya di langit itu: Menghantarkan kepada kamu angin ribut yang menghujani kamu dengan batu; maka dengan itu, kamu akan mengetahui kelak bagaimana buruknya kesan amaranKu?
Tanda Kekuasaan Allah:Menahan Burung Terapung Di Udara.
Patutkah mereka menutup mata dan tidak memerhatikan (kekuasaan Allah pada) burung-burung yang terbang di atas mereka, (siapakah yang menjaganya ketika) burung-burung itu mengembang dan menutupkan sayapnya? Tidak ada yang menahannya (daripada jatuh) melainkan (kekuasaan) Allah Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Ia Maha Melihat serta mengetahui akan tiap-tiap sesuatu (Mulk:19)

Neraka itu adalah tempat yang sangat hodoh.
Mulk [6] : Dan bagi orang-orang yang kufur ingkar terhadap Tuhan mereka, disediakan azab Neraka Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Suara Neraka  
Neraka adalah makhluk Allah yang mempunyai suara. Apabila ia mengamuk dan marah dengan mengeluarkan suaranya yang garang dan hanya Allah yang mampu mengawalnya.
Mulk [7] : Apabila mereka dicampakkan ke dalamnya, mereka mendengar suara jeritannya meraung-raung, sedang ia menggelegak. Neraka juga menjawab dengan suaranya bila ditanya oleh Allah, Qaf [30] : (Peringatkanlah manusia) akan hari Kami bertanya kepada Neraka Jahanam: Adakah engkau sudah penuh? Dia menjawab: Adakah lagi sebarang tambahan? Mulk [8 ]: Hampir-hampir ia pecah berkecai-kecai kerana kuat marahnya. ….
Allah Sahaja Yang Memberi Rezeki
Mulk [21] Atau siapa dia yang dapat memberi rezeki kepada kamu jika Allah swt menahan rezekiNya?(Tidak ada sesiapapun), bahkan mereka (yang musyrik itu) kekal terus dalam keadaan sombong angkuh serta melarikan diri (dari kebenaran).
Sembahlah Allah kerana dialah memberikan rezeki dan menanggung segala keperluan kita.
Al-Mulk [15] Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu: Mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah; dan (ingatlah), kepada Allah jualah (tempat kembali kamu sesudah) dibangkitkan hidup semula; (maka hargailah nikmatNya dan takutilah kemurkaanNya.