Saturday, August 25, 2012

HUBBUL WATHON MINAL IMAN” HADITS PALSU?


Ungkapan “hubbul wathon minal iman” (Cintakan Tanah Air Sebahagian Iman) memang sering dianggap hadits Nabi SAW oleh para tokoh [nasionalis], mubaligh, dan juga da`i yang kurang mendalami hadits dan ilmu hadits. Tujuannya adalah untuk menanamkan sikap nasionalisme dan patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini umat Islam.
Namun sayang, sebenarnya ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu (maudhu’). Dengan kata lain, ia bukanlah hadits. Demikianlah menurut para ulama ahli hadits yang terpercaya, sebagaimana akan diterangkan kemudian.

Mereka yang mendalami hadits, walaupun belum terlalu mendalam dan luas, akan dengan mudah mengetahui kepalsuan hadits tersebut. Lebih-lebih lagi setelah banyak terdapat dalam kitab-kitab yang secara khusus menjelaskan hadits-hadits dhaif dan palsu, misalnya :

1. Kitab Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin karya Syaikh Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi’i (w. 1328 H) (Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999), hal. 109; dan

2. Kitab Bukan Sabda Nabi! (Laysa min Qaul an-nabiy SAW) karya Muhammad Fuad Syakir, diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, (Semarang : Pustaka Zaman, 2005), hal. 226.

Terdapat kitab-kitab khusus lain yang membincangkan tentang hadits-hadits palsu, seperti :
1. Kitab Al-Maudhu’at karya Ibnul Jauzi (w. 597 H);
2. Kitab Al-Ala`i al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H);
3. Kitab Tanzih Asy-Syari’ah al-Marfu`ah ‘an Al-Ahadits Asy-Syani’ah Al-Maudhu`ah karya Ibnu ‘Arraq Al-Kanani (Lihat Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hal. 93).
Berikut adalah antara penilaian oleh para ulama hadits yang menjelaskan kepalsuan hadits “hubbul wathon minal iman”.

Dalam kitab Tahdzirul Muslimin karya Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i hal. 109 tersebut diterangkan, bahwa hadits “hubbul wathon minal iman” adalah maudhu` (palsu). Demikianlah penilaian Imam as-Sakhawi dan Imam ash-Shaghani.

Imam as-Sakhawi (w. 902 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ‘ala Alsinah, halaman 115.
Sementara Imam ash-Shaghani (w. 650 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maudhu’at, halaman 8.

Penilaian palsunya hadits tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi (al-maraji’) lainnya sebagai berikut :
1. Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-‘Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423;
2. Ad-Durar Al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi (w. 911 H), hal. 74;
3. At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H), hal. 11.
(Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin, hal. 109)

Ringkasnya, ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu (maudhu’) dan bukanlah hadits Nabi SAW.
Hadits maudhu’ adalah hadits yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atau hadits yang sengaja diciptakan dan dibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Artinya, pembuat hadits maudhu` sengaja membuat dan mengadakan-adakan hadits yang sebenarnya tidak ada (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hal. 35; Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hal. 89).

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, meriwayatkan hadits maudhu’ adalah haram hukumnya bagi orang yang mengetahui kemaudhu’an hadits itu serta termasuk salah satu dosa besar (kaba`ir), kecuali disertai penjelasan mengenai statusnya sebagai hadits maudhu’ (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hal. 43).

Maka dari itu, di peringatkan kepada seluruh kaum muslimin, agar tidak mengatakan “hubbul wathon minal iman” sebagai hadits Nabi SAW, sebab Nabi SAW faktanya memang tidak pernah mengatakannya. Menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi SAW adalah sebuah kedustaan yang nyata atas nama Nabi SAW dan merupakan dosa besar di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda
“Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (Hadits Mutawatir).

Islam memang tidak pernah mengenal paham nasionalisme atau patriotisme yang kafir itu, kecuali setelah adanya Perang Pemikiran (al-ghazwul fikri) yang dilancarkan kaum penjajah. Fahaman sesat ini terbukti telah memecah-belah kaum muslimin seluruh dunia menjadi terkapai-kapai dalam wadah puluhan negara bangsa (nation-state) yang sempit, mencekik, dan membelenggu.

Maka, kaum muslimin yang terpenjara itu wajib membebaskan diri dari kekangan-kekangan  palsu bernama negara-negara bangsa itu. Kaum muslimin pun wajib bersatu di bawah kepemimpinan seorang Imam (Khalifah) yang akan mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam satu Khilafah yang mengikuti minhaj nubuwwah. Semoga datangnya pertolongan Allah ini telah dekat kepada kita semua. Amin. Daftar di sini..
oleh: Muhammad Shiddiq al-Jawi

Friday, August 24, 2012

ADA MAYAT DIATAS KUBAH?


Tahu kah anda ! Ada satu benda diatas kubah masjid Nabawi di Madinah? Rasanya ramai orang yang mengunjungi dan beribadat di masjid tersebut tidak tahu ada benda ini !
SUBHANALLAH, ini adalah sebuah keajaiban yang terjadi sekitar 90 tahun yang lalu.
Sama ada mempercayai atau tidak terpulanglah pada setiap individu. Ianya tidak menjejaskan akidah kita. Sejarah Islam mencatatkan bagaimana jasad nabi cuba dicuri oleh seorang Yahudi yang menyamar sebagai seorang muslim. Artikel ini hanya sekadar satu renungan semata-mata hanya Allah yang Maha mengetahui...

Diriwayatkan oleh Sheikh Al-Zubaidi:

Ada seseorang yang coba untuk menghancurkan Kubah Makam Nabi Muhammad SAW ( kubah warna hijau) di Masjid Al Nabawi (Gumbad-e-Khizra) Madinah, yang juga menjadi tanda tepat di bawahnya terdapat makam Rasulullah SAW. Namun, ketika  orang yang memanjat kubah tersebut sampai diatas untuk mulai menghancurkannya, tiba-tiba petir kilat datang menyambarnya. Maka orang yang berniat jahat itu pun rebah dan mati di situ juga. Anehnya tidak ada seorang pun yang mampu mengalihkan tubuh yang telah menjadi mayat itu dari atas Kubah tersebut!

Ada juga diceritakankan bahwa seorang yang soleh dari Madinah mendengar satu suara dalam mimpinya, mengatakan, bahwa tidak ada sesiapa pun yang akan dapat mengambil mayat dari atas kubah itu dan bahwa ia harus dibiarkan berkubur di sana sebagai peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang mungkin memikirkan berusaha untuk menghancurkan kubah itu di masa depan!

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menguburkan orang itu di sana, iaitu membiarkan diatas kubah dan menutupi mayat itu dengan kotak hijau sehingga tidak akan dapat dilihat oleh orang.

Daftar disini...

Thursday, August 23, 2012

KELEBIHAN ZIARAH ORANG SAKIT


Menziarahi orang sakit adalah sunat dan digalakkan oleh Islam. Perbuatan ini dapat mempereratkan lagi hubungan ukhuwwah sesama muslim dan silaturrahim sesama keluarga.
Amalan ziarah sesama Islam dituntut dilakukan pada bila-bila masa bukan hanya sekadar pada masa sakit sahaja. Amalan seumpama ini mendapat ganjaran yang besar, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah saw dalam hadis-hadis di bawah ini:
Abu Hurairah ra meriwayatkan: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Kewajiban seorang muslim terhadap seorang muslim yang lainnya lima perkara, iaitu: Menjawab salam, menziarahi orang sakit, mengiringi jenazah (ke tanah perkuburan), memenuhi jemputan dan mendoakan orang yang bersin.” [HR Bukhari & Muslim]
 
Sabda Rasulullah SAW:
“Sesiapa yang menziarahi saudara se-Islamnya yang sakit, seolah-olah dia berada dalam ‘Kharfah’ sehinggalah dia pulang.” Baginda ditanya: “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ‘Kharfah’ itu?” Rasulullah saw bersabda: “Iaitu kebun di syurga (yang penuh dengan buah-buahan yang boleh dipetik pada bila-bila masa)”. [HR Muslim]
 
Daripada Ali ra, bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang pun yang menziarahi saudara se-Islamnya yang sakit pada waktu pagi, melainkan 70,000 malaikat mendoakannya untuk mendapat rahmat sehingga ke petang. Sekiranya dia menziarahi saudaranya pada waktu petang, maka 70,000 malaikat mendoakannya untuk mendapat rahmat Allah sehingga ke pagi. Dia juga akan mendapat nikmat berupa buah-buahan syurga yang boleh dipetik pada bila-bila masa.” [HR At-Tirmizi: Hasan]

Adab Ziarah:
Antara adab-adab menziarahi pesakit ialah;
a- Berniat menziarahi orang sakit sebagai mengikut sunnah Rasulullah saw.
b- Memberi nasihat agar bersabar dan tabah menghadapi ujian.
c- Bertanyakan tentang ibadatnya; solat dan lain-lain, sekiranya dia tidak mampu ajarlah mereka atau bertanyakan kepada orang yang pandai.
d- Menyampaikan ucapan yang baik agar dapat menghiburkan hati pesakit dan menguatkan jiwanya.
e- Pendek dan jarakkan waktu ziarah, jangan terlalu lama dan kerap menziarahinya. (kecuali pesakit itu mengkehendaki sebaliknya).
f- Mendoakan pesakit agar lekas sembuh.
Hendaklah kita mendoakan dengan doa yang diajar oleh Rasulullah saw agar dia cepat sembuh dan bersabar dalam menghadapi kesakitan;
((أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لا شِفَاءَ إِلا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لا يُغَادِرُ سَقَمًا))
“Ya Allah! Hilangkanlah penyakitnya, wahai Tuhan bagi manusia, sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu jua, sesuatu kesembuhan yang tidak meninggalkan sebarang penyakit”. [HR Bukhari]
لاَ بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ الله
“Tidak mengapa, semoga penyakit ini membersihkan dosamu, insya’Allah”. [HR Bukhari]
Rasulullah saw bersabda: “Tiada seorang muslim yang menziarahi orang sakit yang belum sampai ajalnya, kemudian membaca doa ini tujuh kali nescaya disembuhkan penyakitnya itu:
أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ.
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Arasy yang agung, supaya menyembuhkan engkau”. (tujuh Kali). [HR At-Tirmizi dan Abu Daud]
Doa Jibrail kepada Nabi saw ketika Baginda sakit:
بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ
“Dengan Nama Allah aku menjampikan mu dari semua perkara yang menyusahkanmu…” [HR Ibn Majah]

g- Bacaan dan perbuatan apabila tubuh merasa sakit;
“Letak tangan di tempat sakit kemudian baca: بِسْمِ اللهِ.
“Bismillah” tiga kali, dan baca tujuh kali:
أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ، مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وأُحَاذِرُ
“Aku berlindung dengan Allah dan kekuasaanNya dari kejahatan yang aku dapati dan aku takuti” [HR: Muslim].
h- Jika ditakdirkan pesakit itu berada dalam kecemasan, tenat atau sedang menghadapi nazak, maka berdoalah kepadanya;
اللَّهُمَّ أَعِنهُ عَلَى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
“Ya Allah, bantulah dia di atas sakarat al-maut”.
i- Ajaran kepada orang yang sedang nazak; La ilaha illallah!
“Sesiapa yang akhir ucapannya: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه
“Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah”, dia akan dapat masuk syurga”. [HR Abu Daud 3/190. Lihat: Sahih Al-Jami' 5/432].
Semoga risalah ringkas ini dapat membantu muslimin dan muslimat dalam menghidupkan sunnah Rasulullah saw ketika menziarahi orang sakit atau menghadapi kesakitan. Sekian.
Oleh Abu Anas Madani.

Wednesday, August 22, 2012

BAGAIMANA MENGHADAPI SAKIT


Motivasi Pesakit.
Firman Allah SWT: Maksudnya: {Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun } [Al-Mulk: 1-2].
Tulisan ringkas ini membincangkan beberapa ayat dan hadis yang menyebut tentang kedudukan sakit dan adab-adab menghadapinya serta Adab ketika Menziarahi Orang Sakit;

1) Makna sakit (Al-Mard- المرض):
Menurut Kamus Dewan: Menderita sesuatu (demam, pening dan lain-lain) yang menyebabkan tubuh atau bahagiannya tidak segar, tidak sihat atau uzur.
Sakit samada terkena kepada tubuh badan, ia juga terkena kepada agama (Ad-Din).

2) Kesabaran pesakit serta mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Para pesakit hendaklah sentiasa bersabar serta mengharapkan pahala yang dijanjikan Allah swt terhadap mereka yang bersabar. Firman Allah swt: Maksudnya: {Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas} [Az-Zumar: 10]
Dari Suhaib ra, Rasulullah saw telah bersabda:
((عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ)) [صحيح مسلم: 2999]
Maksudnya: ((Pelik sekali keadaan orang yang beriman; semua urusannya baik, tidak berlaku sedemikian itu kecuali bagi orang mukmin, jika mendapat nikmat mereka akan bersyukur, maka syukur itu baik bagi mereka, jika ditimpa kesusahan pula, mereka bersabar, maka sabar itu baik bagi mereka.)) [Hadis riwayat Muslim: 2999]
Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: ((Tiada seorang Muslim pun yang mengalami penderitaan, kesiksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan atau kesedihan, walaupun hanya terkena satu tusukan duri, melainkan dihapuskan olah Allah (kerana kesusahan tersebut) sebahagian daripada kesalahannya.)) [Hadis riwayat: Al-Bukhari: 1283, Muslim: 926]
Dari Abdillah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: ((Tiada seorang muslimin yang menanggung derita kesakitan atau yang selainnya, melainkan Allah menggugurkan dosanya sebagaimana gugurnya daun daripada pokoknya.)) [Hadis riwayat: Al-Bukhari: 5647, Muslim: 2571] Dari Anas ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: ((Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, disegerakan baginya kesusahan (balasan) sewaktu di dunia lagi. Sebaliknya jika Allah menghendaki kejahatan bagi seorang hamba-Nya, ditangguhkan pembalasan ke atasnya sehingga hari Kiamat.)) [Hadis riwayat At-Tirmizi: 2395, “Hadis Hasan”, Sahih Al-Jami’ As-Saghir: 308]
Dari Anas ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: ((Sesungguhnya besarnya pahala itu bergantung kepada kepada besarnya kesusahan. Apabila Allah mengasihi sesuatu kaum, mereka akan diduga dengan kesusahan. Sesiapa yang redha dengan kesusahan itu akan mendapat keredhaan Allah, dan sesiapa yang tidak redha, dia akan menerima kemurkaan Allah.)) [Hadis riwayat At-Tirmizi: 2396, Ibnu Majah: 4031, “Hadis Hasan”, As-Silsilah As-Sahihah: 146]

3) Orang muslim sentiasa memohon kemaafan dan afiat (kesejahteraan) di dunia juga di akhirat, mereka tidak meminta bala.
Abbas bin Abdul Mutalib ra berkata: Wahai Rasulullah, ajarilah saya sesuatu untuk dipohon kepada Allah swt. Baginda bersabda: Maksudnya: ((Pohonlah dari Allah kesejahteraan.)) Berlalu beberapa hari kemudian aku pergi kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarilah saya sesuatu untuk dipohon kepada Allah. Baginda bersabda kepadaku: ((Wahai Abbas, wahai bapa saudara Rasulullah, pohonlah dari Allah kesejahteraan di dunia dan di akhirat.)) [Hadis riwayat At-Tirmizi: 3514, “Hadis Sahih”, As-Silsilah As-Sahihah: 1523]
Abdullah bin Umar ra berkata, di antara doa Rasulullah saw ialah:
((اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ)) [مسلم: 2739]
Maksudnya: ((Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu daripada lenyapnya nikmat yang telah Engkau kurniakan, daripada terjejasnya kesihatan yang Engkau kurniakan, daripada bencana yang tidak disangka-sangka dan daripada segala bentuk kemurkaan-Mu)) [Hadis riwayat Muslim: 2739]
Abu Hurairah ra meriwayatkan, Nabi saw memohon perlindungan (dengan Allah) daripada qadha’ yang buruk, ujian dan cubaan yang berat, celaan musuh-musuh dan kesengsaraan yang pedih.)) [Hadis riwayat Muslim: 2707]

4) Bersungguh-sungguh melakukan ibadat pada waktu sihat, agar mendapat pahala yang sempurna ketika lemah dan sakit.
Dari Abu Musa Al-Asy‘ari ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: ((Apabila seorang hamba sakit atau musafir, dituliskan (pahala kebajikan) seperti apa yang diamalkan sewaktu tidak bermusafir dalam keadaan sihat.)) [Hadis riwayat Al-Bukhari: 2996]
Oleh Abu Anas Madani.

Mercu sejarah Mekah dimusnahkan?


Kadangkala kita hanya ingin mencari satu jawapan, tetapi carian enjin Google menemukan kita dengan jutaan jawapan terhadap satu pertanyaan.

Beberapa tahun yang lalu kita di kejutkan dengan kontroversi pelakon Rosnah Mat Aris berhubung kenyataannya terhadap isteri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah.

Pelakon itu bagaimanapun dilaporkan memohon maaf.

Pendapat awam umat Islam Malaysia seperti yang tercermin pada laporan serta perbincangan di dalam media-media tempatan menunjukkan kemarahan yang meluap-luap.

Kini, apakah maklum balas umat Islam Malaysia apabila diuji fikrah pemikiran, keyakinan dan pegangannya, terhadap perkembangan-perkembangan yang berlaku di serata dunia.

Katakanlah apa yang terjadi di Mekah, Arab Saudi. Bulan September tahun 2011, akhbar The Independent, melaporkan mercu tanda bersejarah Islam di kota suci Mekah dimusnahkan bagi memberi laluan pembinaan hotel-hotel gah dan gedung beli-belah mewah. Ia masih tentang Siti Khadijah.

Dalam laporan tersebut, wartawan Jerome Taylor menulis, "The house of the Prophet's first wife Khadijah has been turned into a toilet block."

Manakala makam Khadijah dan datuk Nabi SAW, Shaybah Ibn Hashem Ibn ‘Abd Al-Manaaf di Tanah Perkuburan Al-Ma'ala, juga telah diroboh musnahkan. Pada tahun 1998 dulu, makam ibu Nabi SAW, Aminah binti Wahab juga telah dirobohkan.

Jikalau globalisasi modal menerobos masuk ke kota suci Baitul Maqdis dengan industri persenjataan dan ketenteraannya.

Di Mekah pula, globalisasi modal, kapitalisme dan konsumerisme subur berkembang hasil limpahan rezeki petroleum, lantas bermegah membangunkan kota moden dengan merobohkan warisan sejarah ketamadunan Islam yang amat penting di kota kelahirannya itu.

Bukan pemujaan yang ingin diungkapkan di sini. Tetapi ia sekadar persoalan menguji diri kita sendiri, bagaimana agaknya hendak menjadi umat Islam di Malaysia dan di dunia dalam era globalisasi.

Terutamanya hal bersangkutan pensejagatan modal yang rakus dan dalam masa yang sama cuba menyantuni konsep warisan sejarah silam ketamadunan manusia setempat.

Misalnya Kota A Formosa, di Melaka, meski ia simbol kekuasaan penjajahan Portugis zaman lampau, kita cukup berbangga, melestari dan mengangkatnya sebagai warisan sejarah tanah air dan merupakan salah satu tarikan utama pelancongan negara.

 
Dalam konteks ini, mampukah umat Islam Malaysia, mengulang sentimen yang bersifat ideologikal dalam nada kemarahan serta kutukan yang sama terhadap pelakon Rosnah Mat Aris, di dalam kes perobohan makam Siti Khadijah serta ratusan tapak-tapak warisan tamadun Islam di Makkah.

Keengganan pemerintah Arab Saudi untuk membolehkan Unesco mengisyhtiharkan tapak-tapak warisan tersebut sebagai tapak warisan dunia, cukup menyedihkan.

Apakah kita benar-benar berupaya untuk keluar daripada kepompong ideologikal dalam mengemukakan sesuatu permasalahan dan mengakui hakikat kewujudan kita - berdiri sama tinggi, duduk sama rendah - atau kerdil, atau jaguh gagah perkasa - di persada antarabangsa, di seluruh jagat raya ini.

Sepertimana yang pernah terungkap dalam gagasan Negara-negara Berkecuali, di Persidangan Afro Afrika, pada suatu lembaran sejarah silam.

Atau benarkah umat Islam Malaysia, lebih kecil lagi orang-orang Melayu - atau orang Umno saja - hanya tertarik dengan isu setempat semata-mata seperti isu DAP kafir harbi atau haram undi DAP?

Pada tahap-tahap tertentu, barangkali saya juga telah jatuh ke tahap romantis ideologis berhubung hak asasi manusia dan demokrasi.

Kerana saya fikir mekanisme hak asasi manusia dan demokrasi, dalam kesemua cacat cela dan kekurangannya, masih tetap dapat kita tanggapi sebagai kunci laluan perhubungan kemasyarakatan- perkakas perundangan dan skema piawaian antarabangsa - alat pertimbangan budaya dan keilmuan masa kini.

Ia agar umat Islam dapat hidup mensejagat, boleh berwujud dan merdeka untuk mengamalkan hak-hak keagamaannya, dalam masa yang sama, turut sama mempertahan, menghormati dan menikmati hak asasi manusia keseluruhannya.
Daftar disini....
Rahmat Haron Malaysiakini
12:44PM Ogos 13 2012

Monday, August 20, 2012

Bagaimana Menghafal Al-Quran?


Saya bukanlah di kalangan orang yang bagus hafalannya.  Namun di dalam hati tidak pernah lekang rasa ingin menghafal banyak ayat-ayat al-Quran.  Supaya apabila dapat menghafal ayat-ayat al-Quran yang banyak, maka dapatlah mencontohi Nabi sallAllahu `alaihi wasallam, para sahabat Baginda, tabi`in, tabi`ut tabi`in dan orang-orang yang soleh selepas mereka yang berdiri lama tatkala mereka mendirikan solat malam seorang diri kerana membaca kalam-kalam mulia dari ALLAH Jalla wa A`la.
 
Semoga saya dan kalian semua dikurniakan keazaman, kesungguhan dan dijauhkan dari sifat malas dan putus asa selepas mendapat tip-tip sebagai perkongsian yang diberikan oleh Sheikh Wahid Abdus-Salam Bali (semoga beliau dipelihara ALLAH) berikut:-

Daripada penerangan Sheikh, dapat saya fahami bahawa cara untuk menghafal al-Quran untuk jangka masa panjang adalah seperti berikut:

1)  Baca ayat dalam baris pertama sebanyak 10 kali dengan melihat mushaf.  Kemudian, ulanginya tanpa melihat mushaf.
(Mesti 10 kali.  Jangan baca 2 kali, terus mahu mengulang.  Cara ini salah.  Ikut pesanan Sheikh dengan membacanya sebanyak 10 kali, barulah kemudiannya mengulang tanpa melihat mushaf, supaya ayat yang mahu dihafal melekat di dalam minda dan tahu kedudukan ayat tersebut di dalam mushaf.)
Jika ada masalah dengan perkataan tertentu, maka bacalah perkataan tersebut dengan satu perkataan sebelumnya dan satu perkataan selepasnya sebanyak 5 kali.  Kemudian, ulanginya tanpa melihat mushaf.

2)  Kemudian, bacalah ayat dalam baris kedua sebanyak 10 kali dengan melihat mushaf.  Selepas itu, ulangi ayat dalam baris kedua tanpa melihat mushaf.
3)  Setelah ayat dalam baris pertama dan kedua dapat dihafal, bacalah kedua-dua ayat dalam baris pertama dan kedua tersebut dengan melihat mushaf pula sebanyak 3 kali.  Selepas itu, ulanginya sebanyak 3 kali juga tanpa melihat mushaf.

4)  Ulangi perbuatan di atas untuk ayat dalam baris ketiga, keempat, kelima dan seterusnya sehingga habis satu muka surat.
Cara di atas adalah cara penghafalan jangka masa pendek.  Dan hafalan boleh hilang dalam masa beberapa minggu.
Bagaimana untuk menukar penghafalan jangka pendek ini kepada penghafalan jangka panjang?

1)  Ambil mushaf dan buka muka surat yang sudah dihafal itu.  Baca muka surat tersebut sebanyak 20 kali dengan melihat mushaf.  Sebaik-baiknya semasa membaca, jari diletakkan di baris berkenaan.

Perbuatan begini, insyaALLAH akan melekatkan apa yang dihafal kuat di dalam minda.  Anda tidak akan lupa, insyaALLAH.  Segala puji bagi ALLAH.  Kenapa?
Kerana apabila anda membacanya sebanyak 20 kali dengan melihat mushaf, mata anda akan merakam muka surat tersebut dalam bentuk foto ke dalam minda.  InsyaALLAH ia akan melekat kuat di dalam ingatan anda dan takkan melupakannya.