Saturday, July 27, 2013

Memburu Lailatul Qadar



Memburu Lailatul Qadar - Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

Dua malam lagi sudah memasuki malam ke 21, masuk pada sepuluh hari terakhir yang dikatakan dalam kitab ‘itqun minannar atau bebas dari api neraka. Di episode ini lah banyak riwayat yang menyebutkan akan ada malam istimewa yang dikhususkan untuk umat Nabi Muhammad, yakni Malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dimana apabila kita beribadah pada malam itu maka pahalanya setara dengan beribadah 1000 bulan. Mengenai bila tepatnya malam itu sengaja dirahasiakan oleh Allah agar umat islam berlomba-lomba mencarinya. Banyak riwayat mengenai malam mulia ini, Di dalam kitab Bulughul Maram hal 140 :

hadits ke 716 : “Dan dari Aisyah ra berkata : Adalah Rasulullah saw apabila masuk sepuluh hari (sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan) Beliau mengencangkan kain sarungnya dan menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya” (Muttafaqun ‘alaih)

hadits ke 717 : “Dan Dari Aisyah ra : sesungguhnya Nabi Saw beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sampai Allah mewafatkannya, kemudian beri’tikaf pula para isteri nya sesudahnya “(Muttafaqun ‘alaih)

hadits ke 722 : Dan dari Ibnu Umar ra : Sesungguhnya beberapa laki-laki dari sahabat Nabi saw dilihatkan kepada mereka di dalam mimpi lailatul qadar pada malam ke tujuh bagian yang akhir , maka berkata Rasulullah saw : Ditunjukkan kepadaku (kebenaran) mimpi kamu, yaitu telah setuju pada malam ke tujuh bagian yang akhir, maka barangsiapa yang mencarinya maka carilah ia pada malam ke tujuh yang akhir (Muttafaqun’alaih), maksud tujuh yang akhir adalah malam keduapuluh tujuh.

Selanjutnya saya nukilkan hadits2 dari kitab fadlail amal

Hadits ke 1 :
Dari Abu Hurairah Ra  berkata , Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa berdiri (untuk) shalat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan ihtisab (dengan keyakinan yang sempurnam dan harapan yang ikhlas untuk memperoleh ganjaran), maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni (HR Bukhari Muslim -at Targhib).

Hadits ke 2 :
Dari Anas ra berkata : “Ketika bulan Ramadhan tiba, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya telah tiba bulan ini di hadapan kalian yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang darinya, maka sungguh dia telah terhalang dari segala kebaikan. Dan tidaklah seseorang itu terhalang dari kebaikan, melainkan orang yang benar-benar terhalang (bernasib buruk).” (Hr. Ibnu Majah - at Targhib)

Hadits ke 3 :
Dari Anas ra berkata : Rasulullah saw bersabda , “Pada malam Lailatul Qadar, malaikat Jibril as turun ke dunia dengan sekumpulan malaikat lainnya, lalu berdoa memohonkan rahmat untuk setiap hamba Allah yang sedang berdiri shalat malam atau duduk sambil berdzikir kepada Allah. kemudian pada hari Idul Fitri Allah membanggakan mereka di hapadan para malaikat, lalu berfirman, “Wahai malaiat-malaikat-Ku, apakah ganjaran bagi orang yang telah menyempurnakan pekerjaannya?” mereka menjawab, ‘Wahai Allah sepatutnyalah ganjaran yang penuh diberikan kepada mereka.’ Maka Allah menjawab . ‘Wahai malaikat-malaikat-Ku sesungguhnya hamba-hamba-Ku ini, laki-laki dan wanita telah menyempurnakan kewajiban yang diberikan ke atas mereka, kemudian mereka pun keluar menuju lapangan tempat shalat Idul Fitri dan meninggikan suara untuk kehormatan-Ku, ketinggian-Ku dan kedudukan-Ku yang tertinggi, pasti Aku akan mengabulkan doa orang-orang ini.’ kemudian Allah berfirman kepada manusia, ‘Kembalilah kamu sekalian , sungguh Aku telah mengampuni dosa-dosa kalian dan menggantikan keburukan-keburukan kalian dengan kebaikan (hasanah) ‘, Rasulullah saw bersabda ‘Orang-orang itu pun kembali dengan memperoleh ampunan atas dosa-dosa mereka ” (Hr. Baihaqi - Syu’abul Iman)

Hadits ke 4 :
Dari Aisyah ra berkata : Rasulullah saw bersabda ” Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan .” (Hr. Bukhari - Misykat)

Hadits ke 5 :
Dari Ubadah bin Shamit ra berkata : Suatu ketika Rasulullah saw keluar untuk memberitahu kami mengenai Lailatul Qadar . Tetapi sayang waktu itu terjadi pertengkaran di antara dua orang Islam, setelah itu Rasulullah bersabda, “Aku keluar untuk memberitahu kapan munculnya Lailatul Qadar, tetapi sayang si Fulan dan si Fulan saling mencaci, sehingga penentuan mengenainya telah diangkat , barangkali hal itu lebih baik bagi kalian , maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima” ( Misykat - dari Imam Bukhari)

Hadits ke 6 :
Dari Ubadah bin shamit ra , sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw mengenai Lailatul Qadar, maka Rasulullah saw menjawab : “Lailatul Qadar itu terdapat pada bulan Ramadhan, pada sepuluh yang terakhir, pada malam-malam yang ganjil atau malam ke 21, 23, 25, 27 , 29 atau malam terakhir Ramadhan. Siapa saja yang berjaga malam untuk beribadah dengan iman dan berniat mengharapkan pahala di malam itu , maka diampunilah segala dosa-dosanya yang telah lalu. Diantara tanda-tanda Lailatul Qadar  itu adalah malam itu terasa sunyi, sepi , penuh ketenangan, serta bercahaya, tidak panas dan tidak dingin seolah-olah bulan yang memancarkan cahaya terang.  pada malam itu bintang-bintang di langit tidak kelihatan memanah (syetan-syetan). keadaan ini tetap demikian hingga datangnya shubuh, Tanda- tanda lain ialah matahari akan naik tanpa memancarkan cahaya terang, muncul seolah-olah bulan purnama. pada hari itu Allah mengharamkan syetan naik bersama matahari.” (Hr. Ahmad , Baihaqi - Durrul Mantsur)

Hadits ke 7 :
Dari Aisyah ra berkata : Aku bertanya “Wahai Rasulullah , seanfainya aku mengetahui Lailatul Qadar, doa apakah yang harus kubaca?” Rasulullah saw bersabda, Katakanlah “Allahumma innaka ‘affuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” (artinya : Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Engkau menyukai sifat Pemaaf , maka maafkanlah aku)” (Hr. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi - Misykat)

Masih banyak riwayat2 lain mengenai Lailatul Qadar baik Hadits maupun Atsar (perkataan sahabat) mengenai malam mulia ini . sungguh rugi kalau kita tidak mencari malam istimewa ini.

Di dalam kitab Nashaihud diniyyah disebutkan : “Dan sungguh telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi as bersungguh2 di dalam bulan Ramadhan sebagaimana tidak sungguh2 di bulan lainnya dan bersungguh2 di sepuluh hari terakhir sebagaimana tidak sungguh  pada hari lainnya di bulan Ramadhan”

Karena begitu mulianya malam tersebut maka seyogianya kita isi dengan amalan2 sunnah seperti shalat sunnah, baca Al-Qur’an , dzikir, tasbih, dsb.

Wallahu a’lam

Wednesday, July 24, 2013

Ulama Jahat



Kisah Bal’am dan wabah Tha’un
Suatu hari Nabi Musa AS dan puluhan ribu orang Bani Israil singgah di Kan’an, salah satu wilayah di Syam-Syiria. Melihat kedatangan mereka, segeralah warga Kan’an mengadukan mereka kepada Bal’am, seorang tokoh yang sangat disegani. “Orang ini adalah Musa bin Imran yang memimpin Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kami lalu menempati negeri kami padahal kami tidak memiliki tempat tinggal. Engkau adalah orang yang doanya makbul, maka doakanlah mereka dengan keburukan”. Kata warga Kan’an.
Mendengar itu justru Bal’am marah. “Celakalah kamu. Yang bersama Nabi Ø§Ù„له itu adalah para malaikat dan orang-orang yang beriman. Bagaimana mungkin aku mendoakan mereka dengan nasib buruk padahal aku mengetahui dari Ø§Ù„له apa yang aku ketahui “. Katanya. Karena mereka terus membujuk, akhirnya Bal’am terpengaruh juga. Maka Bal’am pun mengendarai keledainya menuju gunung Husban, tempat tinggal Nabi Musa AS berkemah. Namun belum jauh berjalan, keledainya berhenti. Mungkin karena kelelahan, maka iapun turun dan beristirahat sejenak. Tak lama kemudian ia melanjutkan perjalanan. Tetapi belum jauh berjalan, keledainya berhenti lagi. Anehnya dengan izin Ø§Ù„له keledai itu dapat berbicara.
“Celakalah kamu wahai Bal’am, hendak pergi ke mana kamu ?, apakah kamu tidak melihat para malaikat di depanku yang memalingkan wajahnya ?, apakah kamu hendak menemui Nabi Ø§Ù„له dan orang-orang mukmin untuk mendoakan dengan sesuatu yang buruk?” kata keledai.
Tetapi karena telah dikuasai hawa nafsu, Bal’am tidak menghiraukan perkataan keladai tersebut, bahka ia semakin kuat memukul hewan tunggangan itu. Akhirnya dengan terpaksa keledai itu menuruti perintah tuannya, berjalan sampai di puncak gunung Husban.
Sesampai di puncak gunung itu serta merta Bal’am pun mendoakan sesuatu yang buruk untuk Nabi Musa AS dan kaumnya. Akan tetapi ketika ia memulai doanya, Ø§Ù„لهSWT mengubah gerakan-gerakan lidahnya, sehingga yang keluar dari mulunya adalah doa yang sangat baik untuk Nabi Musa AS dan kaumnya, dan mendoakan sesuatu yang buruk untuk kaum Kan’an.
Mendengar hal itu kaum Kan’an kaget . “Hai Bal’am, apa yang kamu lakukan ?, kamu telah mendoakan dengan sesuatu yang baik kepada mereka dan mendoakan sesuatu yang buruk untuk kami ?”kata mereka.
“Sesungguhnya doa yang keluar dari mulutku tadi bukan karena kemauanku akan tetapi kekuasaan dan kehendak Ø§Ù„لهSWT yang sama sekali tidak aku sadari”. Jawab Bal’am. Kemudian Bal’am berkata lagi kepada kaumnya,”Kalau begitu aku akan membuat tipu daya dan muslihat dikalangan Bani Israil”.
Maka dikumpulkanlah beberapa wanita cantik, mereka diberi pakaian yang indah dengan perhiasan dan wewangian. Dengan dibekali beberapa barang dagangan yang menarik, mereka dikirim ke perkemahan Nabi Musa AS.
“Suruh mereka menuruti keiinginan orang-orang yang ingin berzina, agar mereka semua celaka”. Kata Bal’am kepada kaumnya.
Tak lama kemudian, para wanita cantik itu tiba di perkemahan Nabi Musa AS. Salah seorang diantara mereka adalah Kasbi binti Suar, berjalan di depan kemah Zamri bin Syalum. Maka kepala suku Syam’un itupun terpesona hatinya lalu membawa Kasbi menghadap Nabi Mus AS.
“Mungkin Tuan akan mengatakan bahwa wanita ini adalah haram bagiku, karena itu Tuan melarangku untuk mendekatinya”. Kata Zamri.
“Benar, wanita ini diharamkan bagimu, jangan dekati dia”. Jawab Nabi Musa AS.
“Demi Ø§Ù„له , pada masalah yang satu ini aku tidak akan menta’atimu”. Kata Zamri. Segera setelah itu ia membawa wanita tersebut ke dalam kemahnya. Dan terjadilah apa yang diperkirakan oleh Bal’am.
Tak lama kemudian Ø§Ù„له SWT menurunkan wabah Tha’un (kolera) di kalangan Bani Israil. Ketika penyakit itu mewabah, Fanhash bin Al-Aizar bin Harun, sahabat Nabi Musa AS sedang pergi. Saat kembali ke perkemahan dan mendengar mewabahnya penyakit Tha’un tersebut, ia segera mengambil sebilah tombak lalu menyergap Zamri dan membawa keluar lelaki dan perempuan itu dari kemah.
Sungguh ajaib, setelah itu penyakit Tha’un yang menewaskan lebih dari 70.000 orang Bani Israil, segera hilang lenyap. Di dalam Al-Qur’an, kisah tentang Bal’am bin Wara’ tersebut terekam dalam Surah Al-A’raf 175-177 sebagai pelajaran bagi umat. Tiga ayat itu dimaksudkan sebagai perumpamaan mengenai orang yang telah dianugerahi ilmu oleh Ø§Ù„له SWT tetapi tidak mengamalkannya dan sebaliknya malah menyimpang dari nikmat yang diberikan.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah agar orang – orang yang berilmu mau berhati-hati, takut kepada Ø§Ù„له dalam menggunakan ilmunya, dan mengamalkannya untuk mencapai ketinggian derajat, kemuliaan serta bermanfaat bagi orang lain bukan untuk merendahkan derajat kemanusiaan.

Monday, July 22, 2013

Dialog Penghuni Surga dan Neraka



Dialog Penghuni Surga dan Neraka (Ashab Araf)

Di dalam al-Quran ada sebuah surah bernama al-A'raf. Surah ini mengisyaratkan tentang ashab A'raf dan ciri-ciri mereka. A'raf merupakan sebuah tempat yang tinggi di Hari Kiamat. Mereka yang berada di ketinggian itu adalah sekumpulan orang yang ikhlas dan kedudukannya lebih tinggi dari semua yang hadir di padang Mahsyar. Mereka berada satu kedudukan tinggi yang boleh melihat dua kelompok, baik kelompok penghuni surga maupun kelompok penghuni neraka.

Allamah Muhammad Husein Thabathabai, mufasir besar al-Quran dalam menganalisa ayat-ayat ini menjelaskan bahawa yang dimaksud dengan ashab A'raf adalah orang-orang yang dekat dengan Allah yang berada di tempat yang tinggi. Mereka mengenali para penghuni surga dan neraka dari wajah-wajah dan tanda-tandanya.

Ashab A'raf selain berdialog dengan para penghuni surga, mereka juga berdialog dengan para penghuni neraka. Dialog mereka dengan para penghuni neraka antara lain berupa celaan terhadap mereka yang menjadi pemuka kesesatan. Sementara dialog dengan para penghuni surga berupa ucapan selamat dan salam kepada mereka.

Dalam surah al-A'raf disebutkan tentang dialog antara ashab A'raf dengan para penghuni surga dan penghuni neraka.

"Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).

Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu".
Dan orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu".

(Orang-orang di atas A'raaf bertanya kepada penghuni neraka): "Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?". (Kepada orang mukmin itu dikatakan): "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati".

Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu". Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir." (QS. A'raf:46-50)

Dalam lanjutan ayat-ayat ini, al-Quran menyimpulkan bahwa azab ilahi adalah hak mereka yang memperlekeh dan mengejek perintah Allah. Mereka menjadi sombong dan lalai oleh Gemerlapan dunia. Padahal al-Quran telah memberikan peringatan dengan jelas:

"(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. A'raf:51-52)

Berdasarkan firman-Nya yang berbunyi, "Kami tidak memikulkan beban kepada siapapun melainkan atas dasar kemampuannya", Allah memberikan kabar gembira bahwa mereka yang beriman dan beramal saleh akan menjadi penghuni surga dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Berbahagialah mereka yang lebih mengakrabkan diri dengan Allah dan hanya memohon keridhaan-Nya di bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmat, keberkatan dan keampunan ini.