[renungan ayat,
renungan kehidupan]
Allaah berfirman:
أَلَمْ يَعْلَم بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ
Tidaklah dia
MENGETAHUI bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
(al ‘Alaq: 14)
Apakah seseorang
MENGETAHUI bahwa amalannya dilihat Allaah? Bahkan apakah seseorang mengenal
siapa itu Allaah?
Allaah adalah Tuhan
yang menciptakan kita, dan orang-orang sebelum kita, dan yang akan datang; dan
Dia pula yang telah menciptakan alam semesta, Dialah Yang Mengatur dan
Memeliharanya. Dia tidak menciptakan semua itu dengan sia-sia, tapi dengan
tujuan yang jelas; agar jin dan manusia menyembahNya (dan tidak menyekutukanNya
sedikitpun juga). Kelak dunia ini akan musnah, dan kita akan dibangkitkanNya,
kemudian kita akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan kita;
barangsiapa yang menghadap kepadaNya dengan iman dan amal shalih, maka dia
beruntung. barangsiapa yang menghadap kepadaNya dengan kekufuran kepadaNya,
maka dia celaka.
Hendaknya kita
mengetahui, Dzat Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, yang kelak di aakhirat
memiliki balasan yang amat pedih lagi keras, Maha Melihat amalan-amalan kita.
Maka hendaknya kita bertaqwa kepadaNya, dengan tidak berlaku lancang
dihadapanNya.
Hendaknya kita hidup
diatas aturanNya, karena Dialah yang menciptakan kita, Dialah yang memiliki
bumi ini; maka sebagaimana seorang tuan berhak mengatur-ngatur budaknya,
sebagaimana tuan rumah mengatur-ngatur orang yang berada dirumahnya; maka
demikian pula Tuhan semesta alam, berhak mengatur-ngatur hambaNya, demikian
pula Tuhan pemilik langit dan bumi, berhak mengatur-ngatur penghuni bumi yang
beratapkan langitNya.
Maka tidak ada alasan
bagi ktia untuk mengatakan: “biarkan saja saya berbuat sesuka hati saya;
hidup-hidup saya, badan-badan saya; suka-suka saya dong mau apain badan dan
hidup saya!”
Karena sudah
disebutkan diawal tadi, bahwa Allaah tidaklah menciptakan langit, bumi, dan
seluruh makhluqNya dengan main-main atau sia-sia; tanpa diperintah, tanpa
dilarang, tanpa dimintai pertanggung jawaban!
Dan Allaah-lah yang
menciptakan dirimu, Allaah-lah yang sebenar-benar pemilik dirimu; Allaah-lah
yang menghidupkanmu, Allaah-lah yang memberimu rizki, Allaah-lah yang
memeliharamu. Maka Dia berhak memerintahkan dan melarangmu, Dia-lah pula yang
mematikanmu, dan Dia-lah pula yang kelak akan memintakan pertanggung jawaban
atas seluruh amalanmu kelak dihari kiamat; bahkan Dialah yang sekarang ini Maha
Melihat segala perbuatanmu; meskipun engkau sendirian di kamarmu, meskipun
engkau bersembunyi dibalik batu yang hitam, ditengah malam yang kelam, Dia
Melihat perbuatanmu, dan kelak Dia akan memintakan pertanggung jawabanmu atas
perbuatanmu tersebut di hari kiamat.
Maka hendaknya kita
menyembahNya (dan tidak menyekutukanNya sedikitpun dengan sesuatu apapun;
sebagaimana Dia tidak memiliki sekutu dalam penciptaan, pengaturan, serta
pemeliharaan alam semesta). Dan hendaknya kita hidup dengan mengikuti
aturanNya, maka jadilah kita sebaik-baik hambaNya yang berjalan diatas bumiNya.
Jangan sampai kita
seperti orang yang TIDAK TAHU DIRI, yang berbuat sesuka hatinya; padahal dia
asalnya dari mani yang hina. padahal dia tidak menciptakan dirinya sendiri. padahal
dia hanya ‘menumpang’ di bumiNya. padahal dia diberi rizki oleh Allaah,
meskipun dia tidak meminta kepadaNya; rizki oksigen, rizki air, rizki segala
macam makanan; rizki organ-organ tubuhnya tidak ada yang cacat, dan segala
macam rezki yang tidak dapat terhitung. Tapi dia malah tidak mau mencari tahu
siapa yang menciptakannya, siapa yang memeliharanya, tidak mau mencari tahu
bagaimana cara mensyukuri segala nikmat-nikmat yang ia rasakan… sehingga dia
tidak berterima kasih (tidak bersyukur) kepada Dzat yang Maha Pemberi rizki,
dengan hidup seenak hatinya…
Ia jadikan
dirinya/hawa nafsunya sebagai sesembahannya (yang ia taati; yang menjadi
barometer benci dan cinta-nya), ia jadikan hawa nafsunya sebagai aturan
hidupnya; sehingga ia hidup tanpa aturan, hidup tanpa tujuan yang jelas; ia
mengira ia hidup diatas kemerdekaan dan kebebasan, tapi pada hakekatnya ia
terbelenggu diatas perbudakan hawa nafsu yang hina! ia menyangka kematian
mengakhiri segalanya… ia tidak tahu, dan ia tidak mau tahu, atau ia lupa; bahwa
DI SAAT KEMATIANNYA ada SAKRATUL MAUT yang pedih menanti; dan setelah
kematiannya, ada adzab kubur yang menanti, ada hari perhitungan yang berat, ada
neraka yang akan menyiksa hamba-hamba Allaah yang kafir kepadaNya.
Na’uudzubillaah!
Kalau dia TAHU bahwa
Allaah melihat segala perbuatannya, dan dia TAHU bahwa kelak Allaah akan
membalas segala perbuatannya; maka hendaknya dia bertaubat dari perbuatan
buruknya, beriman kepadaNya, jujur dengan keimanan tersebut dan bersegera
beramal shalih. Sungguh dia akan mendapati Allaah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dia akan dapati
Allaah Maha Mensyukuri hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shaalih. Dia
akan dapati Allaah Yang Tidak Menyalahi Janji-Nya, Yang Maha Benar; yang tidak
ada perkataan yang lebih benar dariNya, tidak ada janji yang lebih ditepati
dariNya, dan tidak ada yang lebih baik balasannya selain dariNya, sebaik-baik
pemberi balasan.
Ketahuilah
barangsiapa yang beriman dan beramal shaalih, Maka Allaah akan membalasnya
dunia dan aakhirat, di dunia dia hidup diatas kebahagiaan yang hakiki, dan ia
jika ia mati diatas keimanan kepadaNya, maka ia akan mendapatkan kemenangan dan
kebahagiaan yang abadi! Dimudahkan baginya sakratul mawt, disediakan baginya
nikmat kubur sebaik-baik tempat penantian sebelum datangnya hari berbangkit,
diberikan rasa aman baginya dihari berbangkit dan hari perhitungan, disaat
kebanyakan manusia diliputi rasa takut, kemudian dimasukannya kedalam surga
yang luasnya seluas langit dan bumi; yang nikmatnya tidak dapat terbayang oleh
pikiran, tidak pernah terlintas dalam hati, tidak pernah terlihat oleh mata,
tidak pernah pula terasa oleh panca inderanya! Sungguh bahagia orang-orang yang
hidup diatas keimanan dan amalan shalih, dan wafat diatasnya!
Setelah kita
mengetahui bahwa Dialah sebaik-baik pemberi balasan, maka janganlah sampai kita
mencari balasan dari selainNya ketika mengamalkan amalan aakhirat. Sesungguhnya
tidak ada yang dapat memberi balasan yang lebih baik, dibandingNya. Dan jika
kita mencari balasan dari selainNya dari amalan aakhirat, maka ketahuilah Dia
tidak membutuhkan sekutu. Dia tidak menerima amalan yang secara lahir tampak
‘beribadah kepadaNya’ tapi secara bathin mencari balasan dari selainNya.
Sungguh amalan tersebut adalah kedustaan yang nyata, seburuk-buruk kedustaan,
seburuk-buruk tipuan. Selain tidak diterimaNya, pelakunya pun mendapat DOSA
BESAR disisiNya, kelak di aakhirat, Allaah akan menyuruhnya untuk meminta
balasan kepada orang-orang yang ia cari-cari balasan tersebut! Sedangkan di
aakhirat kelak, tidak ada yang mampu memberi balasan kecuali Dia. Maka
dimasukkanNyalah ke neraka jahannam para pendusta dan para penipu itu!
Na’uudzubillah.
Demikian pula,
setelah kita mengetahui bahwa sebaik-baik balasan, adalah balasan aakhirat.
Maka hendaknya kita mengharapkan BALASAN AAKHIRAT dari amalan aakhirat kita.
Jangan jadikan BALASAN DUNIA sebagai TUJUAN UTAMA kita beramal (amalan
aaakhirat!). Sungguh, alangkah meruginya, seseorang yang HANYA MENGINGINKAN
BALASAN DUNIA dari amalan akhiratnya! ia bersedekah, HANYA agar Allaah menambah
rezkinya (tidak menginginkan balasan di aakhirat)! Maka Allaah memberikan
balasan duniawi YANG SUDAH DITAQDIRKAN untuknya, dan baginya tidak ada balasan
di aakhirat! Na’uudzubillaah.
Kalau dia telah
mengetahui apa-apa yang dipaparkan diatas, tapi perbuatannya seperti orang yang
tidak mengetahui… Maka sungguh apa yang ia ketahui itu hanyalah sekedar
WAWASAN, bukanlah pengetahuan yang bermanfa’at… Karena orang yang mengetahui,
sudah semestinya TIDAK SERUPA dengan mereka yang tidak mengetahui… Jika orang
yang mengetahui itu SERUPA dengan yang tidak mengetahui; maka dia
sebodoh-bodohnya manusia… Dia sudah tahu, tapi pengetahuan itu tidak nampak
dalam dirinya… Dia mengira dia lebih berilmu, tapi pada nyatanya dia bodoh;
sebagaimana yang nampak dalam amalannya! Maka sungguh, ilmu itu barulah
bermanfaat jika teresapkan kedalam dada, dan tampak dalam perbuatan. Adapun
ilmu yang sekedar wawasan, yang tidak teresapkan kedalam dada, sehingga tidak
nampak dalam perbuatan; maka ini bukanlah ilmu yang bermanfa’at… bukanlah ilmu
yang bermanfa’at (kita memohon kepadaNya ilmu yang bermanfa’at, amalan yang
shaalih, serta rizki yang baik [sebagaimana inilah dzikir yang sering
dipintakan manusia terbaik (Rasuulullaah) kepada Allaah, setiap selepas shalat
shubuh])
Maka hendaknya kita
hidup diatas iman dan amalan shaalih, bertaqwa kepadaNya dengan
sebenar-benarnya taqwa; karena Dia melihat segala perbuatan kita. Dialah yang
akan membalas segala perbuatan kita, Dia Maha Keras adzabNya; akan tetapi Dia
pun Maha Luas rahmatNya, dan sebaik-baik pemberi balasan. Maka inginkanlah
balasan aakhirat, yang semoga kita semua mati diatas iman dan amalan shaalih;
sehingga kita semua bertemu di surgaNya, dan kita bertemu dengan Dzat Yang
telah menciptakan kita di surgaNya, dan memandang WajahNya yang Maha Mulia lagi
Maha Sempurna, yang tiada kenikmatan yang melebihi kenikmatan tersebut (yang
semoga kita semua termasuk yang mendapatkan kenikmatan tersebut; yang dengan
itulah hendaknya kita bersemangat dan berlomba-lomba mencarinya) aamiin yaa
rabbal ‘aalamiin