Monday, December 10, 2012

Fatwa Para Ulama Tentang firqah Tabligh 2



 Perhatikan ucapan para ulama ini agar terbuka kekaburan yg selama ini menutupi mereka. Dan hendaklah bagi mereka yg masuk ke dalam kelompok ini segera keluar dan yg kagum segera sadar dan membenci krn kematian itu datangnya tiba-tiba



5. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Ghudayyan hafidhahullah {anggota Hai’ah Kibarul Ulama`}

Pertanyaan:Kami berada di suatu kampung dan berdatangan kepada kami apa yang dinamakan dengan Tabligh apakah kami boleh ikut berjalan bersama mereka? Kami mohon penjelasannya.

Jawab:Jangan kalian ikut berjalan bersama mereka! Tapi berjalanlah dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!
6. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidhahullah

Pertanyaan: Syaikh di sana ada kelompok-kelompok bid’ah seperti Ikhwan dan Tabligh serta yg lainnya. Apakah kelompok ini termasuk Ahlus Sunnah? Dan apa nasehat anda tentang masalah ini?

Jawab: Kelompok-kelompok ini. Telah diketahui bahwa yang selamat adalahl yang seperti yang telah saya terangkan tadi yaitu kalau sesuai dengan Rasulullah dan para sahabatnya yang mana beliau berkata ketika ditanya tentang Al Firqatun Najiyah: Yang aku dan para sahabatku ada di atasnya. Firqah-firqah baru dan beraneka ragam ini pertama kali: bid’ah. Karena lahirnya di abad 14. Sebelum abad 14 itu mereka tidak ada masih di alam kematian. Dan dilahirkan di abad 14.

Adapun manhaj yang lurus dan sirathal mustaqim lahirnya atau asalnya adalah sejak diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Maka siapa yang mengikuti ini dialah yang selamat dan berhasil. Adapun yg meninggalkan berarti dia menyimpang. Firqah-firqah itu telah diketahui bahwa padanya ada kebenaran dan ada kesalahan akan tetapi kesalahan-kesalahannya besar sekali maka sangat dikhawatirkan. Hendaknya mereka diberi semangat untuk mengikuti jama’ah yakni Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan yg berada di atas jalan salaf ummat ini serta yg menta’wil menurut apa yg datang dari Rasulullah bukan dengan yg datang dari si fulan dan fulan menurut tarikat-tarikat yg ada di abad 14 H. Maka kedua kelompok yang tadi disinggung adanya hanya di abad 14 H. Mereka berpegang dan berjalan di atas jalan-jalan dan manhaj-manhaj itu. Mereka tidak berpegang dengan dalil-dalil dari Al Kitab dan Sunnah tapi dengan pendapat-pendapat pemikiran-pemikiran dan manhaj-manhaj yg baru dan bid’ah yg mereka membangun jalan dan manhaj mereka di atasnya. Dan yg paling jelas di kalangan mereka adalah: Wala` dan Bara`. Al Wala` wal Bara` di kalangan mereka adalah bagi yg masuk ke dalam kelompok mereka misalnya Ikhwanul Muslimin siapa yg masuk ke dalam kelompok mereka maka dia menjadi teman mereka dan akan mereka cintai walaupun dia dari rafidlah dan akhirnya dia menjadi saudara dan teman mereka. Oleh kerana ini mereka mengumpulkan siapa saja termasuk orang rafidlah yg membenci sahabat dan tidak mengambil kebenaran dari sahabat. Kalau dia masuk ke dalam kelompok mereka jadilah dia sebagai teman dan anggota mereka. Mereka membela apa yg dia bela dan membenci apa yg dia benci. Adapun Tabligh pada mereka terdapat perkara-perkara mungkar. 

Pertama: dia adalah manhaj yang bid’ah dan berasal dari Delhi bukan dari Mekkah atau Madinah. Tapi dari Delhi di India. Yakni seperti telah diketahui bahwa di sana penuh dengan khurafat bid’ah dan syirik walau di sana juga banyak Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti jama’ah ahlul hadits yg mereka adalah sebaik-baik manusia di sana. Tetapi Tabligh ini keluar dari sana melalui buatan para pemimpin mereka yg ahli bid’ah dan tarekat sufi yg menyimpang dalam aqidah. Maka kelompok ini adalah kelompok bid’ah dan muhdats. Di antara mereka ada Sufi dan Asy’ari yg jelas-jelas bukan berada di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam aqidah dan manhaj. Dan yang selamat adl orang yg mengikuti manhaj salaf dan yg berjalan di atas jalan mereka.

7. Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafidhahullah, 

Saya tidak pernah khuruj dgn mereka tapi saya pergi untuk suatu keperluan yakni ke Kashmir. Setelah selesai dari pekerjaan ini aku melewati Delhi. Maka ada yg mengatakan kepadaku: Mari kita singgah ke suatu tempat untuk dikunjungi yaitu ke markas Tabligh yaitu di Nizamuddin. Nizamuddin ini adalah masjid yg dekat dengan markas jama’ah tabligh. Di dalamnya ada lima kubur yg diberi kubah. Yakni kuburan yg disembah bukan menyembah kepada Allah. Ini ibadah yg jelas syirik. Maka kami melewati ‘monumen’ ini.

Kemudian kami singgah ke markas tabligh. Orang-orang berselisih apakah di dalamnya ada kuburan atau tidak.Maka Abdurrab bertanya ini orang yg saya ceritakan tadi apakah di dalam masjid Tabligh ini ada kuburan? Yang cerdas di kalangan mereka berkata: Tidak di sini tidak ada kuburan! Kuburan Ilyas di Mekkah atau di tempat ini atau itu yg jauh. Maka dia terus bertanya hingga ada seseorang yg menunjukkan atau mengabarkan bahwa di sana ada kuburan Ilyas dan di sebelahnya kuburan istrinya. Kemudian al Akh Abdurrab pergi ke kedua kuburan itu dan mencari-carinya setelah ketemu dia datang kepada kami sambil berkata: Mari saya tunjukkan kepada kalian dua kuburannya. Maka kami melihat ini kuburan Ilyas dan ini kuburan istrinya yg keduanya ada di dalam masjid. Kemudian setelah itu kami pastikan bahwa di dalamnya ada empat kuburan bukan dua kuburan saja. Kami memastikannya melalui orang-orang yg dipercaya yg telah berjalan bersama Tabligh bertahun-tahun.Tidak akan berkumpul masjid dan kuburan dalam agama Islam. Akan tetapi mereka ini krn kesufiannya kebodohannya terhadap manhaj dakwah para nabi jauh darinya dan meremehkannya mereka menguburkan para gurunya di masjid padahal para ulama telah mengatakan: bahwa shalat di dalam masjid yg ada kuburan atau beberapa kuburan shalatnya tidak sah. Saya bertanya tentang hal ini kepada Syaikh Bin Bazz. Sebenarnya saya tahu tentang ini dan juga para Thalabul Ilmi bahwa shalat di dalam masjid yg ada satu kuburan atau beberapa kuburan shalatnya tidak sah. Maka saya tanyakan kepada Syaikh Bin Bazz agar hadirin mendengar jawabannya. Saya katakan: Apa pendapat anda syaikh tentang masjid yg ada kuburan di dalamnya apakah sah shalat di dalamnya?

 Beliau menjawab Tidak! Saya katakan: Di dalamnya ada banyak kuburan? Beliau mengatakan: Terlebih lagi demikian! Saya katakan: Kuburannya bukan di kiblat masjid tapi di sebelah kiri dan kanannya? Beliau menjawab Demikian juga tetap tidak sah. Saya katakan kepada beliau bahwa masjid induk atau markas induk tabligh di dalamnya ada beberapa kuburan? Maka beliau menjawab Tetap shalatnya tidak sah! Sangat disayangkan sekali kelompok ini bergerak di dunia tetapi beginilah keadaannya; tidak mengajak kepada tauhid tidak membasmi syirik dan tidak membasmi jalan-jalan menuju kesyirikan. Mereka terus berjalan dgn melewati beberapa kurun dan generasi tetap dgn dakwah seperti ini. Tidak mau berbicara tentang tauhid memerangi kesyirikan dan tidak membolehkan bagi para pengikutnya utk melaksanakan kewajiban ini. Ini adl suatu hal yang telah diketahui di kalangan mereka.Maka kita meminta kepada mereka agar kembali kepada Allah dan mempelajari manhaj dakwah para nabi mereka juga jama’ah yg lainnya.Mengapa demikian wahai saudara-saudara? Karena kalau ada yg berdakwah mengajak kepada shalat orang akan berkata: Silahkan! Tidak ada yg melarang mereka tidak akan khawatir. Akan tetapi coba kalau mengatakan: Berdo’a kepada selain Allah adl perbuatan syirik! Membangun kuburan haram hukumnya! Menyembelih utk selain Allah adl syirik! Maka mereka akan marah. Ada seorang pemuda yg berkhuthbah di suatu masjid tentang persatuan akhlak perekonomian dekadensi moral dan yg lainnya. Orang-orang semuanya masya Allah berkumpul dan mendengarkannya. Kita katakan kepadanya: Ya akhi.. jazakallahu khairan khuthbah anda sangat baik tetapi orang-orang yg ada di hadapanmu ini tidak mengenal tentang tauhid mereka terjatuh dalam kesyirikan dan bid’ah maka terangkan kepada mereka tentang manhaj dakwah para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam! Maka ketika dia mulai berbicara merekapun mulai bersungguh-sungguh. Ketika dia terus berbicara merekapun semakin jengkel. Maka ketika yg ketiga kalinya ada sekelompok orang yg ada di masjid bangkit dan memukulinya! Maka dia datang kepadaku sambil menangis. Dia berkata: Aku habis bertengkar dgn mereka mereka memukuliku! Maka aku katakan kepadanya: Sekarang engkau telah berjalan di atas manhaj dakwah para Nabi. Kalau engkau tetapi seperti dulu bertahun-tahun engkau tidak akan berselisih dgn seorangpun. 
Dari sinilah kelompok yg ada ini bergerak mereka memerangi bagian ini. 
Nabi bersabda:أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاء ثُمَّ اْلأّمْثَل فَاْلأَمْثَل Seberat-berat manusia diberi cobaan adl para Nabi kemudian yg selanjutnya dan kemudian yg selanjutnya. Karena mereka menghadapi berbagai gangguan yg hanya Allah yg tahu tentang kerasnya gangguan itu ketika mereka berdakwah kepada tauhid dan membasmi kesyirikan. Dari sinilah para da’i yg mengajak kepada tauhid dan membasmi syirik malah disakiti. Kalau dakwah Ikhwan dan Tabligh disenangi manusia krn meremehkan sisi ini. Tapi kalau aku berkhuthbah di masjid seperti ini sedikit sekali yg mau mendengarku dan menerima dakwahku kecuali orang-orang yg dikehendaki Allah. Kalau aku berdakwah mengajak shalat mereka akan berkata: silahkan. Tapi kalau aku berdakwah utk bertauhid dan memerangi kesyirikan semuanya akan lari dan merasa asing. Inilah dakwah para Nabi.Inilah dasarnya mengapa mereka menjadi manusia yg paling banyak ganngguannya. Sekarang para salafiyyun para da’i kepada tauhid keadaan mereka dikaburkan oleh manusia. Karena banyaknya fitnah kebohongan-kebohongan dan tuduhan dusta yg ditujukan kepada mereka.

Mengapa? Karena mereka mengajak utk mentauhidkan Allah!Kelompok ini tidak bisa masuk ke dalam lapangan ini krn mereka takut kepada sisi ini. Tetapi mereka akan ditanya di hadapan Allah. Demi Allah telah datang kepada kami seseorang atau segolongan Tabligh di Benares di sebuah rumah yg saya tempati dgn syaikh Shalih Al Iraqi. Mereka berkata: Kami dengar kalian datang kami sangat senang maka kami datang mengunjungi kalian agar kalian ikut bersama kami berdakwah kepada Allah. Dan tempat kami adalah masjid ini. Maka kami juga gembira dan mendatangi masjid itu ternyata masjid itu tempat tarikat Berelwian. Mereka adl para penyembah berhala dan sangat keterlaluan dalam penyembahan itu.Mereka meyakini bahwa para wali bisa mengetahui perkara yg ghaib dan mengatur alam.

Mereka membolehkan utk bernadzar menyembelih sujud dan ruku’ kepada kuburan. Singkat kata: mereka adl golongan penyembah berhala. Maka Syaikh Shalih pergi dan bersama kami ada seorang penerjemah namanya Abdul Alim sekarang dia ada di Rabithah Al Alam Islami.
Kami bawa orang ini utk menerjemahkan ucapan syaikh. Maka syaikhpun berbicara. Setiap selesai berbicara beliau melihat kepada penerjemah agar diterjemahkan. Maka penerjemahpun akan bergerak maka ternyata pemimpin tabligh melihat dan berkata: Tungguh saya yg akan menerjemahkan. Maka syaikh terus berbicara tapi tidak ada seorangpun yg menerjemahkan.

Hingga ceramahnya selesai. Ketika selesai acara itu dia mengucap salam dan malah pergi. Maka kami tetapi di situ menunggu terjemah. Dia berkata: Saya ada keperluan biar orang ini yg menerjemahkan. Maka kami shalat Isya’ sambil menunggu terjemahan ceramah itu tapi tidak kunjung diterjemahkan. Maka saya temui lagi orang itu dan mengatakan: Ya akhi kami datang ke tempat kalian ini bukan utk main-main. Tapi kalian tadi meminta kepada kami utk ikut serta bersama kalian berdakwah maka kamipun datang menyambut ajakan kalian. Dan syaikh tadi telah berbicara. Ketika penerjemah akan menerjemah engkau malah melarangnya. Dan engkau menjanjikan akan menerjemahkannya tapi engkau tidak lakukan sedikitpun. Maka dia berkata: Ya akhi engkau tahu?! Masjid ini milik Khurafiyyin! Kalau kita berbicara tentang tauhid mereka akan mengusir kita dari masjid. Maka saya katakan: Ya akhi apakah seperti ini dakwah para Nabi? Ya akhi dakwah kalian sekarang menyebar di penjuru dunia. Kalian pergi ke Amerika Iran dan Asia kalian tidak dapati sedikitpun perlawanan selama-lamanya. Apakah seperti ini dakwah para Nabi? Semua manusia menerimanya dan menghormatinya? Dakwah para Nabi padanya ada pertempuran darah kesusahan-kesusahan dan lain-lain. Kalau engkau diusir dari suatu masjid berdakwahlah di masjid lain atau di jalan-jalan atau di hotel-hotel. Katakan kalimat yg haq dan tinggalkan. Rasul saja diusir dari Mekkah krn sebab dakwah ini. Kemudian saya tanya sudah berapa lama dakwah ini berjalan? Dia berkata: Belum tiga puluh tahun. Saya katakan: Kalian telah menyebar di India utara dan selatan. Dan engkau melihat fenomena kesyirikan di hadapanmu dan telah mati berjuta-juta orang. Sudah berapa juta orang yg mati selama itu dalam keadaan berada di atas kesesatan kesyirikan dan bid’ah yg kalian sebarkan ini?! Dan engkau belum menerangkan hal itu kepada mereka! Apakah engkau tidak merasa kalau engkau akan ditanya di hadapan Allah krn engkau menyembunyikan kebenaran ini dan tidak menyampaikannya kepada para hamba Allah?! Diapun diam. Maka aku permisi dan keluar.Mereka menyembunyikan kebenaran yg dinyatakan Al Qur`an. 

Dan mereka tidak menegakkan panji-panji tauhid dan tidak mau menyatakan peperangan kepada kesyirikan dan bid’ah. Mereka ini terkena ayat Allah:إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ Sesungguhnya orang yg menyembunyikan apa yg telah Kami turunkan berupa keterangan- keterangan dan petunjuk setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al Kitab mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati oleh semua yg dapat melaknati.

.Apa yg mereka dapati kalau mereka telah menyembunyikan kebenaran yg paling nyata?! Dan hal yg paling besar yg bukti-bukti itu berdiri di atasnya?! Bukti-bukti yg paling besar adalah ayat-ayat tauhid. Dakwah yg paling besar yg dilakukan para nabi dan Al Qur`an adalah tauhid. Dan yg paling jelek dan bahaya adl syirik dan bid’ah. Al Qur`an dan Sunnah telah memeranginya. Kemudian mereka malah setuju dan bersama kesyirikan bid’ah dan para pendukungnya sampai mati. Berapa banyak orang yg mati di bawah panji ini dalam keadaan tidak tahu kebenaran tauhid selama itu?! Dan dalam keadaan tidak bisa membedakan antara tauhid dgn syirik?!Kalau mereka tidak dihisab krn menyembunyikan ayat tauhid maka siapa lagi yg dihisab?Kita berharap kepada Allah agar menjadi orang yg menolong agama ini dan menasehati kaum muslimin. Dan agar Allah menjauhkan kita dari sifat menipu dalam agama krn membiarkan bid’ah dan syirik adl penipuan yg paling besar. Tidak ada penipuan yg bisa menyaingi penipuan ini. Kalau menipu manusia dalam perdagangan saja Rasulullah berlepas tangan maka bagaimana lagi kalau menipu dalam agama? Bagaimana engkau bisa diam terhadap kesyirikan dan bid’ah?! Engkau merusak aqidah kaum muslimin dan masyarakat mereka. Kemudian engkau mengatakan: Kita semua kaum muslimin bersaudara dan engkau tidak menerangkan mana yg haq dan mana yg batil?! Kita memohon kepada Allah agar Dia menjaga kita dari penyakit ini.

8. Syaikh Shalih bin Abdullah Al Abud hafidhahullah.

Adapun tabligh.. ketika Khilafah Utsmaniyyah runtuh bangkitlah firqah ini dgn pemikiran jama’ah ini firqah tabligh. Dan mereka membuat dasar-dasar utk para pengikutnya dgn nama Ushulus Sittah yg mereka dakwahkan manusia kepadanya. Dan di akhirnya mereka membai’at menurut empat macam tarekat sufi; Jistiyyah Syahrawardiyyah Naqsyabandiyah dan Matur.. saya lupa yg keempat yg jelas empat tarekat. Mereka dalam bidang aqidah adl Maturidiyah atau Asy’ariyyah. Dan dalam pemahaman syahadat mereka yaitu syahadat Laa Ilaaha Illallah dan Muhammad Rasulullah. Mereka tidak memahami maknanya kecuali bahwa: Tidak ada yg Kuasa utk Mencipta dan Mengadakan serta Membuat kecuali Allah. Dan dalam memahami makna Muhammad Rasulullah {mereka tidak memahaminya seperti yg kita fahami yaitu membenarkan apa yg beliau sampaikan mentaati apa yg beliau perintahkan menjauhi apa yg beliau larang dan peringatkan dan Allah tidak diibadahi kecuali dgn apa yang beliau syariatkan}. Pemahaman ini tidak ada di kalangan jama’ah tabligh bahkan kadang- kadang mereka mengkultuskan individu-individu tertentu dan menyatakan mereka memiliki ‘Ishmah . Dan sampai-sampai bila para syaikhnya mati mereka bangun di atas kuburannya bangunan-bangunan dalam masjid. Tabligh adl firqah tanpa perlu diragukan lagi.

Karena menyelisihi firqatun Najiyah. Mereka memiliki manhaj khusus. Yang tidak ikut ke dalamnya tidak dianggap sebagai orang yg mendapat hidayah. Tabligh membagi manusia menjadi: Muhtadi dan manusia yg masih diharapkan mendapat hidayah . Golongan Muhtadi adl yg telah masuk keseluruhan dalam tandhim dan firqah mereka. Dan yg non Muhtadi tidak termasuk golongan mereka walaupun dia imam kaum muslimin. Ini dalam pemahaman mereka.Ikhwanul Muslimin juga demikian yg termasuk tandhim mereka adl Ikhwanul Muslimin dan yang tidak masuk maka bukan Ikhwanul Muslimin walaupun orang itu adl alim dalam Islam.
Cukup sikap ta’ashshub ini menjadi dalil bahwa mereka telah mengeluarkan diri-diri mereka sendiri dari jama’ah kaum muslimin. Karena jama’ah kaum muslimin tidak menganggap bahwa hidayah hanya sampai kepada mereka saja. Dan manhaj mereka adl manhaj yg paling luas krn mereka tidak mencap tiap orang yg tidak sefaham dgn mereka sebagai orang non muslim. Tapi mereka masih mengakui bahwa mereka adl kaum muslimin dan mengharapkan agar dia mendapat hidayah. Meskipun orang itu mengkafirkan mereka mereka tetap tidak membalasnya dgn mengkafirkannya pula. Maka manhaj Firqatun Najiyah adl manhaj yg paling luas dalam hal ini. Wallahu A’lam.

9. Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i hafidhahullah, 

Setelah membawakan pendirian beliau terhadap Ikhwanul Muslimin beliau berkata: Adapun Jama’ah tabligh silakan engkau membaca apa yg dituturkan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Al Washshabi ia berkata:

1. Mereka mengamalkan hadits-hadits dla’if bahkan maudlu’ serta Laa Ashla Lahu .
2. Tauhid mereka penuh dgn bid’ah bahkan dakwah mereka berdasarkan bid’ah. Karena dakwah mereka berdasarkan Al Faqra yaitu khuruj . Dan ini diharuskan di tiap bulan 3 hari tiap tahun 40 hari dan seumur hidup 4 bulan dan tiap pekan 2 jaulah..jaulah pertama di Masjid yg didirikan shalat padanya dan yg kedua berpindah-pindah. Di tiap hari ada 2 halaqah halaqah pertama di masjid yg didirikan shalat padanya yg kedua di rumah. Mereka tidak senang kepada seseorang kecuali bila dia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adl bid’ah dalam agama yg tidak diperbolehkan Allah Ta’ala.
3. Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada tauhid akan memecah belah ummat saja.
4. Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada sunnah juga memecah belah ummat.
5. Pemimpin mereka berkata dgn tegas bahwa: Bid’ah yg bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada sunnah yg memecah belah manusia.
6. Mereka menyuruh manusia utk tidak menuntut ilmu yg bermanfaat secara isyarat atau terang-terangan.
7. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa selamat kecuali dgn cara mereka. Dan mereka membuat permisalan dgn perahu Nabi Nuh ‘alaihis salam siapa yg naik akan selamat dan siapa yg enggan akan hancur. Mereka berkata: Sesungguhnya dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh. Ini saya dengar dgn telinga saya sendiri di Urdun dan Yaman.
8. Mereka tidak menaruh perhatian terhadap tauhid Uluhiyyah dan Asma` was Sifat.
9. Mereka tidak mau menuntut ilmu dan berpendapat bahwa waktu yg digunakan utk itu hanya sia-sia belaka. 

{Dinukil dari kutaib Hadzihi Da’watuna wa ‘Aqidatuna Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i hafidhahullah hal. 15-17}Sumber: Buletin Islamy Al Manhaj edisi VI/1419 H/1998 M
sumber : file chm Darus Salaf 2

Sunday, December 9, 2012

Sejarah Hajarul Aswad



Hajarul Aswad (الحجر الأسود) yang bermaksud batu hitam merupakan salah satu batu yang terdapat di penjuru Kaabah.

Kalau berkaitan dengan Kaabah maka ia terletak di salah satu bucu Kaabah dimana apabila orang yang ingin mengerjakan haji ingin memulakan tawaf mereka maka mereka hendaklah memulai tawaf itu dengan membetulkan bahu kiri mereka ke arah Hajarul Aswad berpusing sebanyak tujuh kali dan akhir sekali dengan akhir di Hajarul Aswad juga. Pada awal tawaf bermula dari Hajarul Aswad dan mengakhirkannya di Hajarul Aswad juga.

Ciuman sebagai sunnah semata-mata

Menurut ajaran Islam, mencium Hajarul Aswad merupakan sunnah Nabi S.A.W. semata-mata, dan ini ditegaskan oleh Khalifah Umar Al-Khattab apabila sebelum beliau mencium batu itu (Hajar Aswad), beliau berkata-kata:
“Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukan (mencium Hajar Aswad).”

Sejarah Hajarul Aswad

Menurut tradisi Islam, Hajarul Aswad datang dari syurga dan warnanya putih tetapi bertukar warna kerana ramai orang mengerjakan haji dengan membawa bersama-sama mereka dosa-dosa yang mereka lakukan.

Menurut banyak riwayat, antara lain daripada Abdullah bin Umar bin Khattab, Hajar Aswad berasal dari syurga. Riwayat oleh Sa’id bin Jubair r.a daripada Ibnu Abbas daripada Ubay bin Ka’b r.a, menerangkan bahawa Hajar Aswad dibawa turun oleh malaikat dari langit ke dunia. Abdullah bin Abbas juga meriwayatkan bahawa Hajar Aswad ialah batu yang berasal dari syurga, tidak ada sesuatu selain batu itu yang diturunkan dari syurga ke dunia ini. Riwayat-riwayat di atas disebutkan oleh Abu al-Walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Azraki (M.224 H/837 M), seorang ahli sejarah dan penulis pertama sejarah Mekah.Tidak ditemukan informasi yang jelas tentang siapa yang meletakkan Hajar Aswad itu pertama kali di tempatnya di Kaabah; apakah malaikat ataukah Nabi Adam a.s.

Pada mulanya Hajar Aswad tidak berwarna hitam, melainkan berwarna putih bagaikan susu dan berkilat memancarkan sinar yang cemerlang.Abdullah bin Amr bin As r.a (7 SH-65 H) menerangkan bahawa perubahan warna Hajar Aswad daripada putih menjadi hitam disebabkan sentuhan orang-orang musyrik. Hal yang sama diungkapkan pula oleh Zubair bin Qais (M. 76 H/65 M).

Dikatakannya bahawa sesungguhnya Hajar Aswad adalah salah satu batu dunia yang berasal dari syurga yang dahulunya berwarna putih berkilauan, lalu berubah menjadi hitam kerana perbuatan keji dan kotor yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Namun, kelak batu ini akan berwarna putih kembali seperti sedia kala. Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan. Sekiranya Allah s.w.t tidak memadamkan kilauannya, tidak seorang manusia pun yang sanggup mamandangnya.

Pada tahun 606 M, ketika Nabi Muhammad s.a.w berusia 35 tahun, Kaabah mengalami kebakaran besar sehingga perlu dibina kembali oleh Nabi Muhammad s.a.w dan kabilah-kabilah terdapat di Mekah ketika itu. Ketika pembangunan semula itu selesai, dan Hajar Aswad hendak diletakkan kembali ke tempatnya, terjadilah perselisihan di antara kabilah-kabilah itu tentang siapa yang paling berhak untuk meletakkan batu itu di tempatnya. Melihat keadaan ini, Abu Umayyah bin Mugirah dari suku Makzum, sebagai orang yang tertua, mengajukan usul bahawa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya adalah orang yang pertama sekali memasuki pintu Safa keesokan harinya.

Ternyata orang itu adalah Muhammad yang ketika itu belum menjadi rasul. Dengan demikian, dialah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad itu di tempatnya. Akan tetapi dengan keadilan dan kebijaksanaannya, Muhammad tidak langsung mengangkat Hajar Aswad itu. Baginda melepaskan serbannya dan menghamparkannya di tengah-tengah anggota kabilah yang ada. Hajar Aswad lalu diletakkannya di tengah-tengah serban itu. Baginda kemudian meminta para ketua kabilah untuk memegang seluruh tepi serban dan secara bersama-sama mengangkat serban sampai ke tempat yang dekat dengan tempat diletakkannya Hajar Aswad. Muhammad sendiri memegang batu itu lalu meletakkannya di tempatnya. Tindakan Muhammad ini mendapat penilaian dan penghormatan yang besar dari kalangan ketua kabilah yang berselisih faham ketika itu.

Awalnya, Hajar Aswad tidak dihiasi dengan lingkaran pita perak di sekelilingnya. Lingkaran itu dibuat pada masa-masa berikutnya. Menurut Abu al-Walid Ahmad bin Muhammad al-Azraki (M. 203 H), seorang ahli sejarah kelahiran Mekah, Abdullah bin Zubair adalah orang pertama yang memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad, setelah terjadi kebakaran pada Kaabah. Pemasangan pita perak itu dilakukan agar Hajar Aswad tetap utuh dan tidak mudah pecah. Pemasangan pita perak berikutnya dilakukan pada 189 H, ketika Sultan Harun ar-Rasyid, Khalifah Uthmaniah (memerintah tahun 786-809 M), melakukan umrah di Masjidil Haram. Ia memerintahkan Ibnu at-Tahnan, seorang pengukir perak terkenal ketika itu, untuk menyempurnakan lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad dan membuatnya lebih berkilat dan berkilau.

Usaha berikutnya dilakukan oleh Sultan Abdul Majid, Khalifah Uthmaniah (1225-1277 H/1839-1861 M). Pada tahun 1268 H, baginda menghadiahkan sebuah lingkaran emas untuk dililitkan pada Hajar Aswad, sebagai pengganti lingkaran pita perak yang telah hilang. Lingkaran emas itu kemudian diganti semula dengan lingkaran perak oleh Sultan Abdul Aziz, Khalifah Uthmaniah (1861-1876 M). Pada 1331 H, atas perintah Sultan Muhammad Rasyad (Muhammad V, memerintah pada tahun 1909-1918), lingkaran pita perak itu diganti dengan lingkaran pita perak yang baru. Untuk menjaga dan mengekalkan keutuhannya, Hajar Aswad sering dililit dan dilingkari dengan lingkaran pita perak.

SETIAP tahun, apabila tiba musim haji, lebih dua juta umat Islam dari seluruh dunia bertamu di kota suci Makkatul Mukarramah, menyahut seruan Ilahi bagi menyempurnakan rukun Islam yang kelima itu.

Dalam ibadat itu, jemaah melakukan pelbagai ritual ibadat mengikut tertib, seperti tawaf, sai dan bercukur, dengan kemuncaknya melakukan wukuf di padang Arafah, yang jatuh pada 9 Zulhijjah.
Baitullah disebut juga Kaabah, yang terletak di tengah kota suci itu. Ia menjadi tumpuan utama pada musim haji, khususnya dalam pelaksanaan tawaf, dengan setiap jemaah mengelilinginya sebanyak tujuh kali.
Rumah Allah itu adalah kiblat kepada umat Islam seluruh dunia ketika menunaikan ibadat solat seharian dan Masjidil Haram yang menaungi kawasan itu menjadi masjid paling mulia dalam Islam.

Baitullah yang penuh berkat dan mulia itu dikenali juga dengan nama lain seperti al-Bait, al-Bait al-Haram, al-Bait al-Atiq dan Qiblat.
“Sesungguhnya rumah ibadat yang mula-mula dibina untuk manusia (beribadat kepada Tuhannya) ialah Baitullah di Makkah, yang berkat dan (dijadikan) petunjuk hidayah bagi umat manusia.” (Ali-Imran: 96)

Ulama berbeza dalam mentafsirkan ayat berkenaan. Sesetengahnya mengatakan makna bait itu ialah Kaabah, sesetengahnya pula mengatakan bait itu ialah Masjidil Haram dengan dalil hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, bermaksud:
“Daripada Abi Zar berkata: Aku bertanya Rasulullah s.a.w mengenai masjid yang paling awal dibina di bumi, sabdanya Masjidil Haram. Aku berkata, kemudian masjid mana? Sabdanya, Masjidil Aqsa. Aku bertanya berapa lama antara keduanya didirikan? Sabdanya, empat puluh tahun.”

Menurut cerita Ibn Zahirah al-Qarsyi, Kaabah dibina beberapa kali, iaitu oleh malaikat, Nabi Adam a.s, Nabi Ibrahim a.s, orang Quraisy, Ibn Zubair dan Hajjaj Yusuf as-Thaqafi.
“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail meninggikan binaan asas Baitullah itu, sambil keduanya berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (amal kami); sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah:127)

Selain melakukan tawaf di rumah Allah itu, satu fenomena cukup ketara diperhatikan ketika musim haji, malah pada waktu lain ketika mengerjakan umrah, ialah tindakan sesetengah tetamu yang mengucup Batu Hitam atau lebih dikenali Hajarul Aswad.
Amalan itu didakwa sebagai mencontohi kucupan diterima daripada Nabi Muhammad s.a.w. Ulama menyatakan perbuatan istilam (melambai tangan) terhadapnya ketika memulakan tawaf atau mengucup Hajarul Aswad (sekiranya dapat) termasuk perkara sunat mengerjakan haji dan umrah.

Signifikan tindakan itu, sebagaimana digambarkan Saidina Umar al-Khattab, Khalifah Ar-Rasyidin yang kedua: “Saya tahu anda adalah sebuah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan faedah. Jika tidak aku melihat Rasulullah s.a.w mengucupmu, aku tidak akan mengucupmu.”

Nabi s.a.w menciumnya sebagaimana dilakukan nabi sebelumnya, sehingga Hajarul Aswad menjadi tempat bertemunya bibir kalangan nabi, orang soleh, jemaah haji dan mereka yang menunaikan umrah sepanjang sejarah.
Ia juga menjadi tempat permulaan dan akhir tawaf, sekali gus tempat mustajab dikabulkan doa.
Batu Hitam yang terletak di bahagian penjuru sebelah timur Kaabah adalah objek sangat disanjungi umat Islam. Secara kasar batu itu berukuran diameter 30 sentimeter dan 1.5 meter dari paras bawah.

Ia dikatakan pernah pecah kepada beberapa bahagian pada Zaman Pertengahan. Malah ada pihak mendakwa ia pecah menjadi berkeping-keping kepada lapan gugusan batu kecil.
Keadaan ini berlaku pada zaman Qaramithah, iaitu satu mazhab daripada Syiah Islamiyah al-Batiniyah daripada pengikut Abu Thahir al-Qarmathi yang mencabut Hajarul Aswad dan membawanya ke Ihsa’ pada 319 Hijrah, tetapi kemudian dikembalikan lagi pada 339 Hijrah.
Gugusan terbesar dikatakan sebesar buah kurma dan tertanam di batu besar yang lain dikelilingi oleh ikatan perak dan diperkuatkan lagi dengan paku perak. Batu itulah yang dianjurkan untuk dikucup, bukannya batu di sekitarnya dan yang meliputi perak.
Antara keutamaan Hajarul Aswad kerana ia berasal daripada batu yang mulia (yaqut) dari syurga yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s agar diletakkan di satu sudut Kaabah.
Bahkan menurut tradisi Islam, batu itu berasal dari syurga pada zaman Nabi Adam a.s dan Hawa lagi, dalam keadaan putih berkilau dan bebas daripada unsur kejahatan, tetapi ia menjadi hitam kerana dosa yang diserap tahun ke tahun. Lambai disini

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Hajarul Aswad itu diturunkan dari syurga, warna lebih putih daripada susu dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.”
Dikatakan juga Nabi Ibrahim a.s yang menemui Batu Hitam dan apabila baginda membina semula Kaabah, Malaikat Jibril a.s membawa batu itu keluar dan memberikan kepada baginda.

Menurut cerita, apabila Nabi Ibrahim siap membina Kaabah, dengan bantuan puteranya, Nabi Ismail a.s, Allah memerintahkan baginda melakukan tawaf.
Baginda tidak dapat menetapkan bilangan yang tepat pusingan dilakukannya. Baginda berasa mereka yang lain juga akan keliru.

Justeru, baginda berdoa kepada Allah untuk memberikannya suatu tanda untuk digunakan bagi mengira pusingan. Malaikat Jibril membawakan batu hitam terbabit kepadanya.
Bahkan, Nabi Muhammad s.a.w turut memainkan peranan dalam sejarah Hajarul Aswad. Ini kerana pada waktu pembinaan semula struktur Kaabah, Hajarul Aswad dipindahkan sementara dan bagindalah yang meletakkan semula batu terbabit di tempat asalnya.
Satu cerita yang ditemui dalam Sirah Rasulullah Ibn Ishaq menunjukkan Nabi Muhammad s.a.w menyelesaikan satu pertelingkahan di antara suku Makkah, yang masing-masing berhak untuk meletakkan Hajarul Aswad di tempat asalnya.

Jalan penyelesaiannya ialah dengan memanggil semua pemimpin suku terbabit untuk mengangkat penjuru batu dengan satu kain dan kemudian Nabi Muhammad s.a.w meletakkan batu itu pada tempatnya dengan tangannya sendiri.
Umat Islam dari satu generasi ke generasi apabila mula tawaf dan selesai setiap pusingan, mengucup Hajarul Aswad, menyentuhnya dengan satu tangan atau sekadar memberikan isyarat kepadanya dari jauh.

Batu Hajarul Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, dengan mempunyai 2 lidah dan 2 mata dan boleh berkata-kata serta memberitahu ” Ya tuhanku dia kucup (cium) aku, dia betul-betul ikhlas“

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Demi Allah! Allah akan membangkitkannya (Hajarul Aswad) pada hari kiamat, baginya sepasang mata untuk melihat dan lidah untuk berkata-kata; menjadi saksi kepada sesiapa yang mengusapnya dengan kebenaran.” (Hadis riwayat al-Tirmizi)

Walapun ia adalah batu, ia hidup. Siapa yang menciumnya, ia akan menjadi saksi. Kalau tidak dapat mengucupnya, cukuplah sekadar istilam (mencium dari jauh secara isyarat). Quran juga tahu siapa yang membaca dan mengucupnya. Quran juga menjadi saksi dan lawyer di hari kiamat. Begitu juga kulit dan bumi menjadi saksi bercakap di sana:
Fussilat Dan (setelah berlaku yang demikian), berkatalah mereka kepada kulit-kulit badan mereka: Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? Kulit-kulit badan mereka menjawab: Allah yang berkuasa menjadikan tiap-tiap sesuatu pandai berkata-kata, telah menjadikan kami dapat berkata-kata dan Dialah yang menciptakan kamu pada mulanya dan kepadaNyalah kamu dikembalikan (untuk menerima balasan)

Zalzalah Pada hari itu bumi pun menceritakan khabar beritanya:
Rasulullah s.a.w berpesan kepada Sayyidina Umar yang pergi bersama rombongan 124,000 sahabat pergi membuat haji bersamanya ” Ya Umar, jangan kamu menyusahkan orang lain dengan sebab kamu ghairah hendak mengucup hajaraul aswad.
Kalau ada peluang kucuplah, tapi jangan berebut hingga menyusahkan orang lain. Menyusahkan dan menyakitkan orang islam yang lain besar dosanya.

Fatwa Para Ulama Tentang firqah Tabligh - 1



Buletin Islamy Al Manhaj edisi VI/1419 H/1998 M. 
Kita akan membawa beberapa fatwa para ulama tentang Firqah Tabligh agar ummat mengerti bahwa kita menuduh mereka sesat bukan dari kita sendiri tapi kita mengambilnya dari ucapan ulama kita yg mulia semoga Allah mengampuni mereka yg telah wafat dan menjaga yang masih hidup. 

Perhatikan ucapan para ulama ini agar terbuka kekaburan yg selama ini menutupi mereka. Dan hendaklah bagi mereka yg masuk ke dalam kelompok ini segera keluar dan yg kagum segera sadar dan membenci krn kematian itu datangnya tiba-tiba.

1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah Dari Muhammad bin Ibrahim kepada yg terhormat raja Khalid bin Su’ud. 

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu. Wa ba’du: Saya telah menerima surat Anda dgn no. 37/4/5/D di 21/1/82H. Yang berkaitan tentang permohonan utk bekerja sama dgn kelompok yg menamakan dirinya dgn Kulliyatud Da’wah wat Tabligh Al Islamiyyah. Maka saya katakan: 

Bahwa jama’ah ini tidak ada kebaikan padanya dan jama’ah ini adl jama’ah yg sesat. Dan setelah membaca buku-buku yg dikirimkan kami dapati di dalamnya berisi kesesatan dan bid’ah serta ajakan utk beribadah kepada kubur dan kesyirikan. Perkara ini tidak boleh didiamkan. Oleh krn itu kami akan membantah kesesatan yg ada di dalamnya. Semoga Allah menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. 29/1/82H. 

2. Syaikh Hummud At Tuwaijiri rahimahullah Adapun ucapan penanya: 

Apakah aku menasehatinya utk ikut khuruj dgn orang-orang tabligh di dalam negeri ini atau di luar?
Maka saya jawab: Saya menasehati penanya dan yg lainnya yg ingin agamanya selamat dari noda-noda kesyirikan ghuluw bid’ah dan khurafat agar jangan bergabung dgn orang-orang Tabligh dan ikut khuruj bersama mereka. Apakah itu di Saudi atau di luar Saudi. Karena hukum yang paling ringan terhadap orang tabligh adalah: Mereka ahlul bid’ah sesat dan bodoh dalam agama mereka serta pengamalannya. Maka orang-orang yg seperti ini keadaannya tidak diragukan lagi bahwa menjauhi mereka adl sikap yg selamat.Sungguh sangat indah apa yg dikatakan seorang penyair:Janganlah engkau berteman dgn teman yg bodoh.Hati-hatilah engkau darinya. Betapa banyak orang bodoh yg merusak seorang yg baik ketika berteman dengannya. 

3. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani hafidhahullah Pertanyaan:

Di sini ada pertanyaan: Apa pendapat Anda tentang Jama’ah Tabligh dan apakah ukuran khuruj ada terdapat dalam sunnah?

Jawab:Pertanyaan ini adl pertanyaan penting. Dan aku memiliki jawaban yg ringkas serta kalimat yang benar wajib utk dikatakan. Yang saya yakini bahwa da’wah tabligh adalah: sufi gaya baru.

Da’wah ini tidak berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Khuruj yg mereka lakukan dan yg mereka batasi dgn tiga hari dan empat puluh hari serta mereka berusaha menguatkannya dgn berbagai nash sebenarnya tidak memiliki hubungan dgn nash secara mutlak. Sebenarnya cukup bagi kita utk bersandar kepada salafus shalih. Penyandaran ini adl penyandaran yg benar. Tidak boleh bagi seorang muslim utk tidak bersandar kepadanya. 

Bersandar kepada para salafus sholih -wajib diketahui hakikat ini- bukanlah seperti bersandar kepada seseorang yg dikatakan pemilik mazhab ini atau kepada seorang syaikh yg dikatakan bahwa dia pemilik tarikat ini atau kepada seseorang yang dikatakan bahwa dia pemilik jama’ah tertentu. Berintima’ kepada salaf adl berintima’ kepada sesuatu yg ‘ishmah . Dan berintima’ kepada selain mereka adl berintima’ kepada yg tidak ‘ishmah. Firqah mereka itu –cukup bagi kita dgn berintima’ kepada salaf- bahwa mereka datang membawa sebuah tata tertib khuruj utk tabligh menurut mereka. Itu tidak termasuk perbuatan salaf bahkan bukan termasuk perbuatan khalaf krn ini baru datang di masa kita dan tidak diketahui di masa yg panjang tadi.

Kemudian yg mengherankan mereka mengatakan bahwa mereka khuruj utk bertabligh padahal mereka mengakui sendiri bahwa mereka bukan orang yg pantas utk memikul tugas tabligh {penyampaian agama} itu. Yang melakukan tabligh adl para ulama sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dgn mengutus utusan dari kalangan para sahabatnya yg terbaik yang tergolong ulama mereka dan fuqaha` mereka utk mengajarkan Islam kepada manusia.
Beliau mengirim Ali sendirian Abu Musa sendirian dan Mu’adz sendirian. Tidak pernah beliau mengirim para sahabatnya dalam jumlah yg besar padahal mereka sahabat. Karena mereka tidak memiliki ilmu seperti beberapa sahabat tadi. Maka apa yg kita katakan terhadap orang yang ilmunya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dgn sahabat yg tidak dikirim Nabi apa lagi dibanding dgn para sahabat yg alim seperti yg kita katakan tadi?! 

Sedangkan mereka keluar berdakwah dgn jumlah puluhan kadang-kadang ratusan. Dan ada di antara mereka yg tidak berilmu bahkan bukan penuntut ilmu. Mereka hanya memiliki beberapa ilmu yg dicomot dari sana sini. Adapun yg lainnya hanya orang awam saja. Di antara hikmah orang dulu ada yg berbunyi: Sesuatu yg kosong tidak akan bisa memberi.

Apa yg mereka sampaikan kepada manusia padahal mereka mengaku Tabligh? Kita menasehati mereka di Suriah dan Amman agar duduk dan tinggal di negeri mereka dan duduk mempelajari agama khususnya mempelajari aqidah tauhid -yang iman seorang mukmin tidak sah walau bagaimanapun shalihnya dia banyak shalat dan puasanya- kecuali setelah memperbaiki aqidahnya.
Kita menasehati mereka agar tinggal di negeri mereka dan membuat halaqah ilmu di sana serta mempelajari ilmu yg bermanfaat dari para ulama sebagai ganti khurujnya mereka ke sana kemari yg kadang-kadang mereka pergi ke negeri kufur dan sesat yg di sana banyak keharaman yg tidak samar bagi kita semua yg itu akan memberi bekas kepada orang yg berkunjung ke sana khususnya bagi orang yg baru sekali berangkat ke sana.

Di sana mereka melihat banyak fitnah sedangkan mereka tidak memiliki senjata utk melidungi diri dalam bentuk ilmu utk menegakkan hujjah kepada orang mereka akan menghadapi khususnya penduduk negeri itu yg mereka ahli menggunakan bahasanya sedangkan mereka {para tabligh} tidak mengerti tentang bahasa mereka.

Dan termasuk syarat tabligh adl hendaknya si penyampai agama mengetahui bahasa kaum itu sebagaimana diisyaratkan oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla dalam Al Qur`an:وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ Tidaklah kami mengutus seorang rasul kecuali dgn lisan kaumnya agar dia menerangkan kepada mereka. 

Maka bagaimana mereka bisa menyampaikan ilmu sedangkan mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki ilmu?! Dan bagaimana mereka akan menyampaikan ilmu sedangkan mereka tidak mengerti bahasa kaum itu?! Ini sebagai jawaban utk pertanyaan ini. {Dari kaset Al Qaulul Baligh fir Radd ‘ala Firqatit Tabligh}

4. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz hafidhahullahPertanyaan:Semoga Allah merahmati Anda ya syaikh. 

Kami mendengar tentang tabligh dan dakwah yang mereka lakukan apakah anda membolehkan saya utk ikut serta dgn mereka? Saya mengharap bimbingan dan nasehat dari anda. Semoga Allah memberi pahala kepada anda.

Jawab: Siapa yg mengajak kepada Allah adl muballigh Sampaikan dariku walau satu ayat. Adapun jama’ah tabligh yg terkenal dari India itu di dalamnya terdapat khurafat-khurafat bid’ah-bid’ah dan kesyirikan-kesyirikan. Maka tidak boleh khuruj bersama mereka. Kecuali kalau ada ulama yg ikut bersama mereka utk mengajari mereka dan menyadarkan mereka maka ini tidak mengapa. Tapi kalau utk mendukung mereka maka tidak boleh krn mereka memiliki khurafat dan bid’ah. Dan orang alim yg keluar bersama mereka hendaknya menyadarkan dan mengembalikan mereka kepada jalan yg benar. 

Tanya: Para penuntut ilmu menanya kepada anda dan para ulama kibar lainnya tentang: Apakah anda menyetujui kalau mereka bergabung dgn kelompok yg ada seperti Ikhwan Tabligh kelompok Jihad dan yg lainnya atau anda menyuruh mereka utk belajar bersama para da’i salaf yg mengajak kepada dakwah salafiyyah? 

Jawab: Kita nasehati mereka semuanya utk belajar bersama para thalabul ilmi lainnya dan berjalan di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Kita nasehati mereka semuanya agar tujuannya utk mengikuti Al Kitab dan sunnah dan berjalan di atas jalan Ahlus sunnah wal Jama’ah. Dan hendaknya mereka menjadi ahlus sunnah atau para pengikut salafus shalih.
Adapun berhizb dengan Ikhwanul Muslimin Tablighi atau yg lainnya maka tidak boleh. Ini keliru. Kita nasehati mereka agar menjadi satu jama’ah dan bernisbah kepada Ahlus sunnah wal jama’ah. Inilah jalan yang lurus utk menyatukan langkah. Kalau ada berbagai nama sedangkan semuanya di atas satu jalan dakwah salafiyyah maka tidak mengapa seperti yg ada di Shan’a dan yg lainnya tapi yg penting tujuan dan jalan mereka satu. ...bersambung....