Thursday, December 20, 2012

Kematian dan Rezeki



Apakah kematian itu? Definisi mati menurut ilmu kedoktoran senantiasa berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dahulu kala ketika ilmu kedoktoran masih belum maju, seseorang itu baru dikatakan mati jika telah berhenti bernafas dan paru-parunya tidak bergerak lagi. Beberapa penemuan terkini ternyata mendapati seseorang yang sudah tidak bernafas beberapa lama terjatuh ke dalam air batu yang dingin,  ternyata masih hidup karena jantungnya masih dapat berdetak lemah. Definisi mati pun berubah. Seseorang baru dikatakan mati jika jantungnya berhenti berdetak.
Seiring dengan kemajuan ilmu kedoktoran, ternyata didapati orang yang masih hidup meskipun jantungnya sudah berhenti berdetak, karena ternyata saraf otaknya masih berdenyut. Padahal sudah dipastikan  detak jantung dan gerak paru-parunya sudah berhenti. Serta merta berubah pula definisi mati dalam Ilmu Kedoktoran, di mana seseorang baru dapat dikatakan mati jika saraf otaknya telah berhenti berdenyut. Di masa yang akan datang, seiring dengan semakin majunya Ilmu Kedoktoran, bisa saja definisi mati menurut sudut pandang ilmu itu akan berubah lagi.
Sebaliknya, menurut sudut pandang agama, definisi mati tidak pernah berubah. Seseorang dikatakan mati jika nyawa orang itu dicabut atau diperintahkan mati oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Definisi ini tidak pernah berubah sejak zaman manusia pertama, sampai ke zaman manusia terakhir.

Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam surat Ali Imran ayat 185:
 
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati……”

Dan Firman Allah surat Al-Waqi’ah ayat 60:
 
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,”

Ayat-ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa matinya seseorang itu karena telah menemui ajalnya dan dicabutnya nyawa orang tersebut. Maka matilah orang itu….!

Sebab-Sebab Kematian
Proses kematian mempunyai banyak sebab. Seseorang bisa menemui ajalnya sebab sakit, sebab mengalami kecelakaan, sebab jatuh, sebab terbakar, sebab tenggelam, sebab dibunuh, dan lain sebagainya. Semua itu hanyalah sebab seseorang menemui kematiannya. Namun kesemua sebab kematian itu adalah sebab yang semu saja, karena di dunia ini adalah negeri sebab, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw: “Segala sesuatu mempunyai sebab”.  Artinya tidak ada sesuatu di dunia ini yang terjadi tanpa sebab. Semua yang terjadi mesti mempunyai sebab belaka
Dalam Islam yang menjadi sebab kematian yang pasti dan benar, tidak semu, adalah jika seseorang telah menghabiskan seluruh  rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah kepada orang itu.
Sering orang simpang siur jika ditanyakan kenapa seseorang masih hidup. Ada yang mengatakan bahwa seseorang itu masih hidup karena masih sehat. Padahal berapa banyak orang yang sehat wal afiat yang mengalami kematian mendadak. Ada lagi yang mengatakan seseorang itu masih hidup karena masih berusia muda. Padahal kenyataannya, berapa banyak orang yang baru saja dilahirkan beberapa detik kemudian mati menemui ajalnya. Adalagi yang mengatakan orang belum mati karena orang itu kaya dan bisa berobat kemana saja bila mengalami sakit, padahal berapa banyak doktor pakar penyakit yang kaya raya pun mengalami kematian juga. Kesemua ini adalah menunjukkan berapa banyak kesalahan cara pandang manusia tentang mati itu.
Kematian tidak ada hubungannya dengan sehat, kaya, tua, ataupun muda. Di dalam Pri-Bahasa Melayu dikatakan: "Putik gugur bunga pun gugur", artinya: mati itu boleh terjadi tanpa memandang usia atau pun keadaan seseorang. Kematian tidak pandang bulu....! Yang jelas seseorang itu akan mati jika, pertama; telah menemui ajalnya, dan yang kedua; habisnya rezeki yang disediakan Allah untuknya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
 
  “Sesungguhnya Ruhul Quddus (malaikat Jibril) menghembuskan ke dalam jiwaku bahwa seseorang tidak akan pernah mati sehingga rezekinya dan ajalnya dipenuhi. Maka bertakwalah kamu kepada Allah dan indahkanlah saat meminta sesuatu kepada-Nya. Ambillah apa yang halal dan tinggalkanlah apa-apa yang haram”. (HR. Abu Nu’aim, dalam kitab Al Hilyah Jilid I Halaman 2238, dan Imam Suyuti dalam kitab Al Jami’ul Kabir, Jilid I halaman 2239). Dan lihat juga tafsir Qurthubi jilid 16 halaman 48 pada surat Asy Syura ayat 51.
Dari keterangan hadis di atas jelaslah bagi kita bahwa seseorang itu baru akan mati jika rezeki yang disediakan Allah untuknya habis. Jika seluruh rezeki yang sudah ditetapkan untuk seseorang sudah habis dinikmati orang itu, maka detik itu juga nyawanya akan dicabut dan dia pun mati, bersua dengan ajalnya. Sedikit pun seseorang tidak berhak dan tidak akan dapat mengambil rezeki yang sudah ditetapkan Allah untuk orang lain.
Jangan salah sangka dengan prilaku para koruptor yang dapat mengambil jutaan ringgit wang orang lain atau wang rakyat. Mereka itu hanya dapat mengambil harta milik orang lain dan memindahkan harta orang itu menjadi miliknya. Tapi harta itu sebenarnya bukanlah rezeki si pelaku korupsi dan bukan pula rezeki orang lain yang dicurinya itu. Semua itu hanya harta benda yang dimiliki sementara saja tapi bukan sebagai rezeki yang ditetapkan Allah untuk mereka. Islam mengajarkan bahwa harta yang dimiliki oleh seseorang belum tentu merupakan rezeki untuk orang tersebut.
Rezeki adalah sesuatu pemberian Allah yang mesti diambil dan dinikmati oleh si pemilik rezeki. Namun rezeki yang dinikmati itu tidaklah  mesti milik seseorang itu sendiri. Rezeki seseorang  boleh jadi milik orang lain. Contohnya : Ada seseorang yang tidak memiliki kereta, tapi dia dapat pergi naik kereta kesana kemari dengan mudah. Hal ini boleh dilihat pada diri seorang pemandu. Tegasnya, harta milik kita belum tentu rezeki kita. Begitu juga sebaliknya, rezeki yang kita nikmati belum tentu berasal dari harta milik kita. Betapa seringnya kita menjumpai makanan yang disediakan orang lain dengan susah payah dari hartanya sendiri, dimasak dan diolahnya sedemikan rupa, dihidangkan di atas meja makan yang indah dan bersih, kemudian kita tiba-tiba dipanggil untuk menikmati makanan itu tanpa membayar sesen pun……?
Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 37 :
 
Artinya :  “……….. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan banyaknya”
Jika sesuatu sudah ditetapkan Allah sebagai rezeki seseorang, maka akan ada banyak cara dibuatkan Allah agar orang itu dapat menikmati rezekinya itu. Kalau memang sudah rezeki , maka jika bukan kita yang mendatangi rezeki kita, maka  rezeki kita itulah  yang akan mendatangi kita. Jika ada buah apel yang merupakan rezeki kita di Washington DC sana, maka paling tidak ada dua cara untuk kita mendapatkan rezeki itu. Pertama, mungkin kita yang pergi ke sana dan memakan apel itu di sana, atau kedua, apel itu yang datang ke tempat kita dan menemui kita untuk kita makan. Tidak peduli apakah dengan usaha dan memakai harta kita sendiri atau tidak.
Ada kesalah fahaman di tengah kaum muslimin sekarang ini, dimana banyak di antaranya mengatakan jika seseorang tidak bekerja mencari rezeki pastilah orang tersebut tidak akan memperoleh rezekinya. Padahal berapa banyak orang yang tidak bekerja di penjara-penjara dan rumah-rumah tahanan, mereka ini setiap hari mendapat rezeki juga? Dan berapa banyak pula orang yang terbaring tidak berdaya di hospital yang tetap mendapatkan rezeki dari Allah berupa makanan dan minuman, bahkan rezeki itu ada masanya perlu disuntikkan dan melalui lobang hidung mereka, karena mereka tidak kuasa lagi untuk menelan makanan dan minuman itu.
Dengan demikian, sebagai orang beriman tidak selayaknya seseorang itu merengek dan panik dalam urusan rezeki. Selama umur masih melekat dalam badan, itu artinya rezeki yang disediakan Allah untuk kita belum habis. Tinggal kita berusaha untuk mencari dan memperoleh rezeki tersebut dengan cara yang halal agar menjadi nilai ibadah di sisi Allah. Dan, bukan sebaliknya, malah memburu rezeki melalui sebab-sebab dan cara yang haram yang hanya akan menjadi dosa saja bagi kita.
Rasul bersabda: “Orang yang bersusah payah dalam mencari rezeki yang halal adalah orang yang mulia /keramat di sisi Allah.”
Semoga kita adalah salah satu dari orang keramat itu…. Amin……
Wallahu A’lam Bishshowab

Wednesday, December 19, 2012

Tentang Pintu Neraka ke 7



Rasulullah saw pengsan mendengar keterangan Jibril tentang pintu neraka ke 7
Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yang ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?”
Jawabnya: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dibesarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu benar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya.”
Lalu nabi s.a.w. bersabda: “Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam.”
Jawabnya: “Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian diteruskan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.
Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan bahangnya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut dalam Al-Qur’an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.
Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di hujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di hujung timur kerana sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas bercampur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya yang tertentu dari orang lelaki dan perempuan.”
Nabi s.a.w. bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?”
Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda.” (nota kefahaman: iaitu yang lebih bawah lebih panas)
Tanya Rasulullah s.a.w.: “Siapakah penduduk masing-masing pintu?”
Jawab Jibril:
“Pintu yang terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir’aun, namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi’in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nashara bernama Sa’eir.”
Kemudian Jibril diam, segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: “Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?”
Jawabnya: “Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.”
Maka nabi s.a.w. jatuh pengsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sedar kembali dan sesudah sedar nabi saw bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?”
Jawabnya: “Ya, iaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu.”
Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.

Masalah Dalam Jemaah Tabligh - siri 5



Dan sekarang kita semua sedia maklum ulama Us-Syuk di Malaysia memperkenallkan konsep ‘Islam Hadhari’ kepada seluruh rakyat. Ternyata ia suatu konsep yang bathil. Kalau benar mereka berniat hendak menjunjung Islam, apa perlunya ditambah dengan perkataan ‘Hadhari’ pada ‘Islam’. Apakah ‘Islam’ asal yang dibawa oleh Rasulallah saw diangap kolot, lemah dan tidak sempurna sahingga Umno perlu memperkuatkan dengan menambah kalimah ‘Hadhari’ dihadapanya. ?

Bagaimana sikap jemaah kita (tabligh) dengan konsep ‘Islam Hadhari’ ini . Masarakat umum tidak paham pendirian kita selama ini, kerana kita jemaah dakwah yang tunggal mengambil sikap membisukan mulut dan memekakan telinga. Tidakkah kita perlu menunjukan sikap kepada masarakat umum seperti yang dituntut oleh hadis yang berikut ini:- “Akan tiba masanya diakhir zaman nanti pemerentah kamu melakukan kemungkaran secara terang-terangan. Pada masa itu hendaklah kamu para alim ulama menzahirkan sikap kepada umum (supaya menjadi penduan masarakat) Jika tidak, kamu akan dikutuk Allah, RasulNya, para malaikat, dan orang beriman” Hadis riwayat Ar-Rabbiq.

Marilah sama-sama kita muhasabah diri kita sendiri apakah taraf iman dan Islam kita apabila kita redha dengan perbuatan ulama-ulama us-syuk yang disebut oleh Rasulallah saw sebagai seburuk-buruk makhluk yang melata dibumi. Sesungguhnya apabila dirujuk kepada contoh perbuatan dan teguran ulama-ulama silam terhadap pemerentah yang zalim, khususunya ulama-ulama mazhab, ternyata ulama jemaah kita belum melakukan suatu apa pon. Apakah kerana memenohi hukum syakak, atau kerana kita gerun, atau kerana takutkan politik membuta tuli, atau kerana menjaga sesuatu kepentingan.?

Satu lagi ciri kemungkaran yang sudah begitu jelas oleh kerajaan-kerajaan Islam sekular dan ulama Us-Syuk diseluruh dunia. Kebanyakan mereka ini semua berkiblat ka Amerika, yaitu tunggak pemerentahan Yahudi dan Nasara yang telah dilaknat Allah, kerana kebanyakkan mereka semua bersifat Hubbud dunia. Lalu mereka tidak nampak nilai kebesaran Allah yang hakiki. Dalam segala tindakan mereka merasa selesa apabila sudah mendapat restu kerajaan Amerika. Mereka tidak berani berkata ‘tidak’ kepada Amerika walaupun sudah terang Amerika bertindak menekan ummat Islam. Contohnya tidak saorang pun diantara mereka (pemerentah Islam secular) yang berani mengikhtiraf secara terbuka jemaah HAMMAS yang berjihad berdepan dengan Yahudi secara langsung menegakan Islam. Tambahan pula secara politiknya ia (Hammas) telah menang dalam pilihan raya secara ‘demokrasi’ system yang diakui oleh semua negara Islam sekular didunia.

Sahingga dalam hal perlantikan pemimpin Negara mereka sendiri pun, mereka mengambil kira samada Amerika restu atau tidak. Lihat apa yang berlaku dalam perlantikan pemimpin dunia Arab Saudi, di Jordan, Iraq, Pakistan dan juga di Malaysia sendiri. Pendek kata, mereka ini boleh dikatakan sebagai ber Tuhankan Amerika. Pada kami apa yang mereka lakukan sudah terang sebagai menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Sudah sekian lama mereka menolak dakwah dan peringatan dari pehak kita. Jemaah tabligh pun sudah sekian lama mengunakan cara lembut ‘targhib dan tasykil’ sahingga saat ini tidak saorang pun daripada mereka yang dapat ditarek keluar 3 hari atau 40 hari. Kalau mungkin ada, mereka sudah tidak lagi berkuasa dalam kerajaan. Apakah perbuatan mereka ini boleh terlepas dari hukum ‘Syirik’. ?

Pada kesimpulanya kerajaan Islam sekular yang didokong atau mendokong ulama Us-Syuk ini secara tidak langsung mengajak rakyat ber Tuhankan Amerika. Apakah mereka ini boleh diangap sebagai beriman kepada Allah dan RasulNya.? Sebab itulah kita wajib mendakwahi dan kepada yang ingkar pula
kita wajib menentangnya secara terbuka dengan penoh hikmah dan bijaksana, yaitu secara bermushawarah sesama jemaah Islam semoga sentiasa mendapat keberkataan dan petunjuk Allah. Dalilnya sudah jelas, maka tidaklah kita dikira berdosa menentang gulongan ini walaupun ia maseh mengaku sebagai orang Islam, dan wajiblah kita mengambil sikap yang betul demi keselamatan kita dan seluruh ummat Islam didunia dan akhirat.

YANG KEDUA JEMAAH TABLIGH GAGAL MENGHAYATI KEDAULATAN SYARI’AT ALLAH UNTUK MEMERENTAH NEGARA ISLAM.

Akibat daripada kekeliruan pokok.

Oleh sebab sejak dari mula jemaah kita semata-mata mengambil sikap menekankan amalan mencontohi As-Sunnah dan menyingkirkan diri dari ‘politik’, maka implikasinya jemaah kita tidak paham bagaimana hendak berdepan dengan keadaan masarakat Islam hari ini yang sudah ada kuasa memerentah Negara tetapi mengenepikan hukun Allah. Walau bagaimana pun secara tidak sengaja uslup pendekatan jemaah tabligh adalah tepat mengikut tertib paiwaian As-Sunnah yang mutlaq. Yaitu memulakan dengan uslup dakwah asasi yang mengandongi tarbiyah kerohanian yang agak kental. Namun kita sekarang sudah sampai satu tahap merasakan bahawa ‘Allah belum beri paham bagaimana hakikat dakwah Rasulallah saw yang sebenarnya’. Kami samasekali tidak pernah bersetuju dengan hujah mengatakan ‘Allah berlum beri paham’ Sebab, kalaulah sahingga saat ini: Dimana Allah sudah menyempurnakan agamaNya dan nikmatNya kepada kita, (rujuk Al-Quran Al-Maidah ayat 3) tetapi Allah belum beri paham kepada kita, bagaimana ummat Islam hendak mengambil As-Sunnah sebagai panduan hidup secara hakiki. ?

Selama ini para karkoon keseluruhanya samada yang sudah bertaraf burzruk, awalin, atau fikirman, samasekali tidak diberi penghayatan bahawa Islam memwajibkan wilayah dan kuasa memerentah sebagai pengkalan (base) untuk mendaulatkan seluruh syri’at Allah. Yang berperanan sebagai pelindung kesejahteraan dan keadilan untuk seluruh ummat maknusia sebagaimana Rasulallah saw amalkan dinegara Madinah semasa hayat baginda menjadi Amirul-Mukminin. Malah sebaliknya ada diantara para karkoon burzruk yang berpandangan bahawa ‘Islam tidak memerlukan kuasa dan pemerentahan negara’. Samada mereka menerima tarbiyah dari ulama atau pandangan peribadinya sendiri, tidaklah kami mendapat kepastian. Namun kami pandang hal ini sangat serious kerana yang jelas ia adalah satu kekeliruan yang mengancam aqidah akibat dari dasar ‘menyingkirkan diri dari politik’.

Jika kita akur dengan pandangan diatas tadi, artinya hari ini ummat Islam terpaksa menolak sebahagian nash Al-Quran dan Hadis, khususnya yang bersangkutan dengan hukum jinayat (Hudud) kerana jelas sekali hukum ini akan hanya dapat dilaksanakan dengan wujudnya wilayah atau Negara yang diperentah dengan kedaulatan syari’at Islam. Rasulallah sendiri pernah melaksanakanya sewaktu memerentah Madinah.

Ada burzruk Tabligh yang menolak konsep negara Islam kerana tidak paham.

Saorang burzruk awalin dalam membantah konsep ‘negara Islam’ telah berhujah kepada kami:- “Tidak terdapat sebarang riwayat atau hadis dimana Rasulallah saw pernah berusaha untuk mendapatkan kuasa memerentah Negara. Bahkan menyebut kalimah ‘Negara Islam’ pun tidak terjumpa dimana-nama hadis”. Maka hujah balas kami seperti berikut: “Samada sahih atau tidak Rasulallah saw tidak pernah menyebut kalimah ‘Negara Islam’ disini kami tidak mengambil kira sebagai topic perbincangan. Kami pun tidak ingin hendak membantah kerana kami mengaku memang tidak pernah meneltinya. Fakta yang hendak kami paparkan disini ialah. Semasa Rasulallah saw di Madinah, atas sifatnya sebagai Pesuruh Allah dan ketua kaum Muslimin (Amirul-Mukminin) bagi pehak seluruh wilayah Madinah. Disana ia memwujudkan apa yang disebut oleh ahli sejarah hari ini sebagai ‘Perlembagaan Madinah’ dan mandaulahkan seluruh hukum syari’at dari wahyu yang diterimanya.

Tak kira apakah istilah yang hendak kita gunakan kepada sebuah wilayah yang diperentah dengan mendaulahkan hukum-hukum syari’at Allah. Samada kita nak pangil Negara Islam, Daulah Islam, Nagara syari’at, atau apa pun. Kerana memang barangkali Rasulallah saw tidak pernah menyebutnya. Namun yang sudah mutlaq Rasulallah saw merdeka berkuasa penoh memerentah dan mentadbir wilayah Madinah pada waktu itu dengan mendaulatkan seluruh syari’at Allah dari kitabNya. Dan akhirnya Rasulallah saw berjaya menguasai seluruh semenanjung Arab semasa hayatnya.

Yang penting kita semua orang beriman wajib membena kehidupan dengan patuh secara total dibawah syari’at Allah dalam sebuah Negara yang dipimpin (diketuai) oleh ulama yang benar-benar bertaraf ‘Warisatul-Anbiyak’. Mencontohi peningalan Rasulallah saw yang diteruskan oleh para sahabat baginda Kalifah Ar-Rasyidin. Apakah jemaah kita tidak mendokong cita-cita untuk memwujudkan wilayah serupa yang pernah dicontohkan oleh Rasulallah saw. ? Kalau ada, mengapa seluruh para karkoon digesa menjauhkan diri dari ‘politik’. Bila ada karkoon menyokong parti (jemaah) sekular yang memperleceh hukum Allah, tidak pula kita berani mencegahnya.

Sekiranya warisan peningalan Rasulallah saw itu tidak menjadi wawasan jemaah kita (tabligh) kami khuatir jemaah kita berpuas hati dan redha masarakat Islam hidup kekal abadi menumpang disebuah Negara kuffar. Yaitu hidup tunduk dibawah peraturan undang-undang ciptaan kaum kafirin dan membakul sampahkan hukum Allah. Jika demikian halnya, dimana sebenarnya nilai ‘Kebesaran Allah’ yang saban hari kita laungkan hari ini. Adakah hanya semata-mata untuk keluar 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan IPB sahaja. Apakah kebesaran Allah hanya meleputi aspek dakwah semata-mata.?.

Na’uzubillah……..Sebenarnya kami tidak pernah prejudis dengan pimpinan ulama jemaah kita (tabligh) . Samasekali tidak mungkin ulama jemaah kita redha perbuatan menyingkirkan hukum Allah. Dan kami yakin seyakin-yakinya pasti mereka semua (para ulama dan Maulana kita) mendokong cita-cita perjuangan mendaulatkan syari’at Allah secara total dimana-mana pun
bumi Allah tempat kita bermustautin. Namun nampaknya hingga saat ini mereka belum mampu memwarwarkan cita-cita perjuanganya, setelah membuat usaha dakwah selama hampir 100 tahun diserata dunia. Bahkan sekadar menyebutkanya pun masih belum mampu. Dimanakah sebenarnya kita berada sekarang.?

Jemaah gerakkan Islam (jemaah politik) diseluruh dunia mampu mewarwarkan cita-cita perjuanganya dengan berdiri lantang berdepan dengan risiko yang tinggi. (nyawanya terancam) Namun ini bukan berarti jemaah mereka lebeh afdhal dan lebeh aula daripada jemaah tabligh. Justeru kerana jemaah gerakkan Islam sengaja diorganisasikan untuk tujuan itu. (menangani urusan politik, yaitu tertib katiga dalam piawaian As-Sunnah) Manakala jemaah tabligh menangani urusan tarbiyah asasi menerusi uslup dakwah dan menjaga solat, (tertib pertama kedua dalam piawaian As-Sunnah) Oleh itu dipenghujungnya kita wajib bertemu diatas flatform yang sama, sebab, apa yang dibuat oleh jemaah gerakan Islam adalah juga menjadi kewajipan jemaah tabligh. Begitu juga sebaliknya apa yang jemaah tabligh buat adalah menjadi kewajipan mereka juga. Tidak ada sebarang ruang syara’ie untuk mengelakkan diri.

Berbalik kepada hujah burzruk yang mengatakan Rasuallah saw tidak pernah berusaha untuk mendapatkan kuasa memerentah Negara. Kami akui. Secara langsung Rasulallah saw berusaha untuk merebut memerentah Negara, memang tidak ada. Untuk mendapatkan jawapan yag sahih kita hendaklah mengkaji teliti situasi politik Madinah pada masa Rasulallah berhijrah dari Makkah. Kita dapati, tidak terdapat satu pun Negara contoh yang menyerupai suasana politik Madinah diseluruh dunia pada hari ini. Kami jelaskan dalam bab 5 tajuk kecil ‘Bagaiamana Rasulallah saw mendapat kuasa memerentah Madinah’ Halaman 125 (sila semak)

Demikianlah yang pada hemat kami ini semua berlaku disebabkan kekeliruan pokok tentang ‘Pengertian politik’ yang sejak awalnya tidak diambil perhatian dimana seluruh para karkoon dibiarkan menghurai sendiri dengan penghayatan bahawa ‘hanya dengan usaha dakwah boleh mengatasi segala masaalah ummat Islam’ . Pegangan ini ternyata sangat meleset. Yang sebenarnya ialah: Segala usaha mengatasi masaalah ummat Islam wajiblah dimulakan dengan ‘dakwah’. Sekiranya penghayatan awal dibetulkan tentulah kekeliruan tidak menjadi bercabang dan beranting seperti yang terjadi hari ini.