6. Khimar
Nabi Uzair
..Uzair
bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai
memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya.
Ia
mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu
tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya.
Matahari bersiap-siap
untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata
dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib.
Malaikat yang
diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal
di sini?”
Malaikat
bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?” Uzair menjawab: “Saya tinggal di
sini sehari atau setengah hari.”
Malaikat yang
mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus
tahun lamanya. ” Engkau tidur selama seratus tahun.
Allah s.w.t
mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawapan dari
pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh
orang-orang yang mati.
Uzair
merasakan kehairanan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya
terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk
makanan Uzair: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah.”
Uzair melihat
buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah
dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana
mungkin makanan itu tidak berubah?
Lalu Uzair
melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya
roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu
masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana
kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan
perasan anggur.
Uzair
merasakan kehairanan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi
sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah.
Malaikat
merasa bahawa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya.
kerana itu, malaikat menunjuk keldainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada
keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang).”
Uzair pun
melihat ke keldainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari
tulang-tulang keldainya. Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin
melihat bagaimana Allah s.w.t membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke
tanah yang di situ terletak keledaimu.”
Kemudian
malaikat memanggil tulang-tulang keldai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi
panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah
lalu terbentuklah tulang-tulang.
Malaikat
memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada
tulang-tulang keldai. Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses itu.
Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil,
keldai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat
memerintahkan agar roh keldai itu kembali kepadanya dan keldai pun bangkit dan
berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara.
Uzair
menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t tersebut terjadi di depannya. Ia
melihat bagaimana mukjizat Allah s.w.t yang berupa kebangkitan orang-orang yang
mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat
yang terjadi di depannya,
Uzair
berkata: “Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “
Uzair bangkit
dan menunggangi keldainya menuju desanya. Allah s.w.t berkehendak untuk
menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan
mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari
kiamat.
Uzair
memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang
terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu
juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya.
Tak seorang
pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair
meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali
kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun.
Tetapi
desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur
dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
7. Semut Nabi
Sulaiman
.. Dan
dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka
itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan
mereka tidak menyadari.”
Maka Nabi
Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Katanya,
“Ya Rabbi,
limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga
boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”(An-Naml: 16-19)
Menurut
sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor
semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam
waktu satu tahun?”
“Sebesar biji
gandum,” jawabnya.
Kemudian,
Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah
botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si
semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan
tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.
“Dahulu aku
bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal
kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah
kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun
berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa
kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun
berikutnya.”…
8. Burung
Hud-Hud Nabi Sulaiman
Pada suatu
ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh pengikut-pengikutnya
baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk burung-burung.
Berdasarkan
pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud. Karena ketidakhadiran burung
hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau
bahkan menyembelihnya.
Ternyata,
tidak lama kemudian, burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman. Burung
hud-hud menjelaskan perihal keterlambatannya karena mencari berita tentang
adanya seorang wanita yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala
sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Atas berita
yang dibawa oleh burung hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi
kerajaan Saba yang dipimpin oleh ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan
dakwah Nabi Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat
22-23.
Kisah
tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai
kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari
makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran
agama.
Burung
hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari berita dan kabar
suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada
mereka.
Melalui
presentasi burung hud-hud yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan
uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan
Allah.
9. Unta Nabi
Muhammad Saw
Ketika itu
kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan.
Tiba-tiba
datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan
tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini
ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan
yang hendak menyembelihku.”
Mendengar
pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak
membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut
kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami Muhammad Saw.
Juga ketika
kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman
sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan karena
tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata
bohong.
Kemudian unta
itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya
orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan
palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi.”
10.Anjing
Ashabul Kahfi
Anjing
tersebut berwarna kuning, di surga bentuknya berubah menjadi kambing gibas, ia
bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan
bernama Huban.koranbaru
No comments:
Post a Comment