Wednesday, October 2, 2013

Renungan kehidupan



[renungan ayat, renungan kehidupan]
Allaah berfirman:
أَلَمْ يَعْلَم بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ
Tidaklah dia MENGETAHUI bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
(al ‘Alaq: 14)

Apakah seseorang MENGETAHUI bahwa amalannya dilihat Allaah? Bahkan apakah seseorang mengenal siapa itu Allaah?

Allaah adalah Tuhan yang menciptakan kita, dan orang-orang sebelum kita, dan yang akan datang; dan Dia pula yang telah menciptakan alam semesta, Dialah Yang Mengatur dan Memeliharanya. Dia tidak menciptakan semua itu dengan sia-sia, tapi dengan tujuan yang jelas; agar jin dan manusia menyembahNya (dan tidak menyekutukanNya sedikitpun juga). Kelak dunia ini akan musnah, dan kita akan dibangkitkanNya, kemudian kita akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan kita; barangsiapa yang menghadap kepadaNya dengan iman dan amal shalih, maka dia beruntung. barangsiapa yang menghadap kepadaNya dengan kekufuran kepadaNya, maka dia celaka.

Hendaknya kita mengetahui, Dzat Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, yang kelak di aakhirat memiliki balasan yang amat pedih lagi keras, Maha Melihat amalan-amalan kita. Maka hendaknya kita bertaqwa kepadaNya, dengan tidak berlaku lancang dihadapanNya.
Hendaknya kita hidup diatas aturanNya, karena Dialah yang menciptakan kita, Dialah yang memiliki bumi ini; maka sebagaimana seorang tuan berhak mengatur-ngatur budaknya, sebagaimana tuan rumah mengatur-ngatur orang yang berada dirumahnya; maka demikian pula Tuhan semesta alam, berhak mengatur-ngatur hambaNya, demikian pula Tuhan pemilik langit dan bumi, berhak mengatur-ngatur penghuni bumi yang beratapkan langitNya.
Maka tidak ada alasan bagi ktia untuk mengatakan: “biarkan saja saya berbuat sesuka hati saya; hidup-hidup saya, badan-badan saya; suka-suka saya dong mau apain badan dan hidup saya!”

Karena sudah disebutkan diawal tadi, bahwa Allaah tidaklah menciptakan langit, bumi, dan seluruh makhluqNya dengan main-main atau sia-sia; tanpa diperintah, tanpa dilarang, tanpa dimintai pertanggung jawaban!

Dan Allaah-lah yang menciptakan dirimu, Allaah-lah yang sebenar-benar pemilik dirimu; Allaah-lah yang menghidupkanmu, Allaah-lah yang memberimu rizki, Allaah-lah yang memeliharamu. Maka Dia berhak memerintahkan dan melarangmu, Dia-lah pula yang mematikanmu, dan Dia-lah pula yang kelak akan memintakan pertanggung jawaban atas seluruh amalanmu kelak dihari kiamat; bahkan Dialah yang sekarang ini Maha Melihat segala perbuatanmu; meskipun engkau sendirian di kamarmu, meskipun engkau bersembunyi dibalik batu yang hitam, ditengah malam yang kelam, Dia Melihat perbuatanmu, dan kelak Dia akan memintakan pertanggung jawabanmu atas perbuatanmu tersebut di hari kiamat.
Maka hendaknya kita menyembahNya (dan tidak menyekutukanNya sedikitpun dengan sesuatu apapun; sebagaimana Dia tidak memiliki sekutu dalam penciptaan, pengaturan, serta pemeliharaan alam semesta). Dan hendaknya kita hidup dengan mengikuti aturanNya, maka jadilah kita sebaik-baik hambaNya yang berjalan diatas bumiNya.

Jangan sampai kita seperti orang yang TIDAK TAHU DIRI, yang berbuat sesuka hatinya; padahal dia asalnya dari mani yang hina. padahal dia tidak menciptakan dirinya sendiri. padahal dia hanya ‘menumpang’ di bumiNya. padahal dia diberi rizki oleh Allaah, meskipun dia tidak meminta kepadaNya; rizki oksigen, rizki air, rizki segala macam makanan; rizki organ-organ tubuhnya tidak ada yang cacat, dan segala macam rezki yang tidak dapat terhitung. Tapi dia malah tidak mau mencari tahu siapa yang menciptakannya, siapa yang memeliharanya, tidak mau mencari tahu bagaimana cara mensyukuri segala nikmat-nikmat yang ia rasakan… sehingga dia tidak berterima kasih (tidak bersyukur) kepada Dzat yang Maha Pemberi rizki, dengan hidup seenak hatinya…

Ia jadikan dirinya/hawa nafsunya sebagai sesembahannya (yang ia taati; yang menjadi barometer benci dan cinta-nya), ia jadikan hawa nafsunya sebagai aturan hidupnya; sehingga ia hidup tanpa aturan, hidup tanpa tujuan yang jelas; ia mengira ia hidup diatas kemerdekaan dan kebebasan, tapi pada hakekatnya ia terbelenggu diatas perbudakan hawa nafsu yang hina! ia menyangka kematian mengakhiri segalanya… ia tidak tahu, dan ia tidak mau tahu, atau ia lupa; bahwa DI SAAT KEMATIANNYA ada SAKRATUL MAUT yang pedih menanti; dan setelah kematiannya, ada adzab kubur yang menanti, ada hari perhitungan yang berat, ada neraka yang akan menyiksa hamba-hamba Allaah yang kafir kepadaNya. Na’uudzubillaah!
Kalau dia TAHU bahwa Allaah melihat segala perbuatannya, dan dia TAHU bahwa kelak Allaah akan membalas segala perbuatannya; maka hendaknya dia bertaubat dari perbuatan buruknya, beriman kepadaNya, jujur dengan keimanan tersebut dan bersegera beramal shalih. Sungguh dia akan mendapati Allaah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dia akan dapati Allaah Maha Mensyukuri hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shaalih. Dia akan dapati Allaah Yang Tidak Menyalahi Janji-Nya, Yang Maha Benar; yang tidak ada perkataan yang lebih benar dariNya, tidak ada janji yang lebih ditepati dariNya, dan tidak ada yang lebih baik balasannya selain dariNya, sebaik-baik pemberi balasan.

Ketahuilah barangsiapa yang beriman dan beramal shaalih, Maka Allaah akan membalasnya dunia dan aakhirat, di dunia dia hidup diatas kebahagiaan yang hakiki, dan ia jika ia mati diatas keimanan kepadaNya, maka ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan yang abadi! Dimudahkan baginya sakratul mawt, disediakan baginya nikmat kubur sebaik-baik tempat penantian sebelum datangnya hari berbangkit, diberikan rasa aman baginya dihari berbangkit dan hari perhitungan, disaat kebanyakan manusia diliputi rasa takut, kemudian dimasukannya kedalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi; yang nikmatnya tidak dapat terbayang oleh pikiran, tidak pernah terlintas dalam hati, tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah pula terasa oleh panca inderanya! Sungguh bahagia orang-orang yang hidup diatas keimanan dan amalan shalih, dan wafat diatasnya!

Setelah kita mengetahui bahwa Dialah sebaik-baik pemberi balasan, maka janganlah sampai kita mencari balasan dari selainNya ketika mengamalkan amalan aakhirat. Sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi balasan yang lebih baik, dibandingNya. Dan jika kita mencari balasan dari selainNya dari amalan aakhirat, maka ketahuilah Dia tidak membutuhkan sekutu. Dia tidak menerima amalan yang secara lahir tampak ‘beribadah kepadaNya’ tapi secara bathin mencari balasan dari selainNya. Sungguh amalan tersebut adalah kedustaan yang nyata, seburuk-buruk kedustaan, seburuk-buruk tipuan. Selain tidak diterimaNya, pelakunya pun mendapat DOSA BESAR disisiNya, kelak di aakhirat, Allaah akan menyuruhnya untuk meminta balasan kepada orang-orang yang ia cari-cari balasan tersebut! Sedangkan di aakhirat kelak, tidak ada yang mampu memberi balasan kecuali Dia. Maka dimasukkanNyalah ke neraka jahannam para pendusta dan para penipu itu! Na’uudzubillah.

Demikian pula, setelah kita mengetahui bahwa sebaik-baik balasan, adalah balasan aakhirat. Maka hendaknya kita mengharapkan BALASAN AAKHIRAT dari amalan aakhirat kita. Jangan jadikan BALASAN DUNIA sebagai TUJUAN UTAMA kita beramal (amalan aaakhirat!). Sungguh, alangkah meruginya, seseorang yang HANYA MENGINGINKAN BALASAN DUNIA dari amalan akhiratnya! ia bersedekah, HANYA agar Allaah menambah rezkinya (tidak menginginkan balasan di aakhirat)! Maka Allaah memberikan balasan duniawi YANG SUDAH DITAQDIRKAN untuknya, dan baginya tidak ada balasan di aakhirat! Na’uudzubillaah.

Kalau dia telah mengetahui apa-apa yang dipaparkan diatas, tapi perbuatannya seperti orang yang tidak mengetahui… Maka sungguh apa yang ia ketahui itu hanyalah sekedar WAWASAN, bukanlah pengetahuan yang bermanfa’at… Karena orang yang mengetahui, sudah semestinya TIDAK SERUPA dengan mereka yang tidak mengetahui… Jika orang yang mengetahui itu SERUPA dengan yang tidak mengetahui; maka dia sebodoh-bodohnya manusia… Dia sudah tahu, tapi pengetahuan itu tidak nampak dalam dirinya… Dia mengira dia lebih berilmu, tapi pada nyatanya dia bodoh; sebagaimana yang nampak dalam amalannya! Maka sungguh, ilmu itu barulah bermanfaat jika teresapkan kedalam dada, dan tampak dalam perbuatan. Adapun ilmu yang sekedar wawasan, yang tidak teresapkan kedalam dada, sehingga tidak nampak dalam perbuatan; maka ini bukanlah ilmu yang bermanfa’at… bukanlah ilmu yang bermanfa’at (kita memohon kepadaNya ilmu yang bermanfa’at, amalan yang shaalih, serta rizki yang baik [sebagaimana inilah dzikir yang sering dipintakan manusia terbaik (Rasuulullaah) kepada Allaah, setiap selepas shalat shubuh])

Maka hendaknya kita hidup diatas iman dan amalan shaalih, bertaqwa kepadaNya dengan sebenar-benarnya taqwa; karena Dia melihat segala perbuatan kita. Dialah yang akan membalas segala perbuatan kita, Dia Maha Keras adzabNya; akan tetapi Dia pun Maha Luas rahmatNya, dan sebaik-baik pemberi balasan. Maka inginkanlah balasan aakhirat, yang semoga kita semua mati diatas iman dan amalan shaalih; sehingga kita semua bertemu di surgaNya, dan kita bertemu dengan Dzat Yang telah menciptakan kita di surgaNya, dan memandang WajahNya yang Maha Mulia lagi Maha Sempurna, yang tiada kenikmatan yang melebihi kenikmatan tersebut (yang semoga kita semua termasuk yang mendapatkan kenikmatan tersebut; yang dengan itulah hendaknya kita bersemangat dan berlomba-lomba mencarinya) aamiin yaa rabbal ‘aalamiin

Sunday, September 29, 2013

5 Syarat Nak Buat Maksiat




Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat." Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, "Jika kamu mahu menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka boleh kamu melakukan maksiat." Lelaki itu dengan tidak sabar-...sabar bertanya. "Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?"

Ibrahim bin Adham berkata, "Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya." Mendengar itu dia mengernyitkan kening seraya berkata, "Dari mana aku mahu makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah? "Ya!" tegas Ibrahim bin Adham. "Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?"

"Yang kedua," kata Ibrahim, "kalau mahu bermaksiat, jangan tinggal di bumi-Nya! Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, "Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan kamu melanggar segala larangan-Nya?"
"Ya! Anda benar." kata lelaki itu. Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, "Kalau kamu masih mahu bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya!" Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, "Wahai Ibrahim, ini nasihat macam mana? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?" "Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?" kata Ibrahim. Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat.

Ibrahim melanjutkan, "Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya, 'Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mahu bertaubat dan melakukan amal soleh'." Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersedar, "Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?"

"Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahawa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau boleh lari dari kemurkaan Allah?"

"Baiklah, apa syarat yang kelima?" Ibrahim pun menjawab, "Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya."

Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, "Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya." Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. "Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah." katanya sambil terisak-isak.

Sumber: Petikan Khutbah Jumaat Masjid Mardi

p/s: Wahai sahabat sekalian, ingin sangatkah kita buat maksiat?? Hebat sangatkah kita nak lawan Tuhan? Berani sangatkah kita hendak mencabar Tuhan yang Maha Segala-gala? Kemana kita boleh lari dari azab Allah?? Tepuk dada tanya iman. Sama-sama kita muhasabah diri balik. Tidak ada yang lebih berkuasa melainkan Allah swt.

Wednesday, September 25, 2013

Bilakah Izrail mencabut nyawa



Izrail, salah satu nama malaikat yang diketahui umat Islam. Tugasnya sudah tentu mencabut nyawa selain beribadah kepada Allah, tuhan semesta alam. Mungkin ramai yang tertanya bagaimanakah Izrail mampu mencabut nyawa makhluk yang terlalu banyak di muka bumi Allah ini bukan? Ya, dia mampu mengambil nyawa kerana kekuasaan untuk mencabut nyawa yang telah Allah berikan padanya sama banyak dengan makhluk yang Allah ciptakan.

Dikisahkan, ketika Allah mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada Izrail, maka berkata malaikat Izrail, “Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?”. Maka Allah menyingkap rahsia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam keadaan pengsan selama seribu tahun. Setelah para malaikat sedar kembali, bertanyalah mereka, “Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah yang menciptakannya dan Akulah yang lebih agung daripadanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu”.

Kemudian Allah memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut. Walau bagaimanapun, Izrail khuatir jika tidak terdaya untuk mengambilnya sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut itu menetap di tangannya. Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya.

Tanda-tanda kematian seseorang

100 hari sebelum kematian:
Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walaubagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.

40 hari sebelum kematian:
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.

7 hari sebelum kematian:
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.

3 hari sebelum kematian:
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian hujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 hari sebelum kematian:
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir sebelum kematian:
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Apabila Izrail mencabut nyawa
Baginda Rasullullah S.A.W bersabda, “Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
Sambung Rasullullah S.A.W. lagi, “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikatJibrail akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail. Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya”.

Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata:
“Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah”.
Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah berfirman yang bermaksud:
“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah rohnya dari arah lain”.

Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan:
“Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan”.

Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata:
“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu”.
Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata:
“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir”.
Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata:
“Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah”.
Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah. Kemudian Allah berfirman yang bermaksud:
“Wahai malaikatKu, tulis Asma-Ku ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu”.
Sebaik saja mendapat perintah Allah maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah. Setelah melihat Asma Allah dan terbitnya rasa cintanya kepada Allah maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.

Tempat tinggal roh
Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A: “Roh itu menuju ketujuh tempat”:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam Neraka Sijjin, mereka diseksa berserta jasadnya sampai hari Kiamat.

Telah bersabda Rasullullah S.A.W: “Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya”:
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah.

Friday, September 20, 2013

Ada apa di sebalik Sakit



Sakit, sebagaimana juga setiap ujian, bukan menguji ketangguhan dan kemampuan. Sebab sakit Allah beri sudah sesuai dengan takaran dan daya tahannya.

Ia sejatinya menguji kemauan untuk memberi makna. Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya diangkat dan membuat malaikat yang selalu sehat takjub.

Sakit adalah jalan kenabian Ayub yang menyejarah. Kesabarannya yang lebih dari batas (disebut dalam sebuah hadits 18 tahun menderita penyakit aneh) diabadikan jadi teladan semesta. Dan atas kenyataan sejarah tersebut, hari ini cobalah bercermin kepadanya.
Hari ini pula kita boleh bercermin kepada sosok-sosok mulia yang pernah juga sakit. Sakit, yang di hujung penggal kehidupan mereka yang ditemukan adalah kemuliaan serta terus bertambah derajat kemuliaanya di mata Allah SWT.

Imam As-Syafi’i buasir sebab banyak duduk menelaah ilmu; Imam Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa; Nabi tercinta kita pun pernah sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yang menyelusup melalui celah gigi yang patah di perang Uhud. Bukankah setelah akhirnya sakit, semuanya semakin mulia di mata Allah bahkan juga di mata sejarah manusia.
Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.

Bahkan sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.
Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya.

Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.
Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoaka oleh mereka.

Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit. 
Wallahu A’lam.